Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyambut atau Menyambit Sastra Masuk Kurikulum

23 Mei 2024   07:58 Diperbarui: 23 Mei 2024   17:59 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Mehmet Oz dalam bukunya You on a Diet juga mengadakan halaman penafian. Ia mengingatkan pembaca untuk tetap berkonsultasi dengan ahli dalam program diet dan tidak sepenuhnya bergantung pada isi buku.

Joe Vitalae dalam bukunya Hypnotic Writing mengadakan halaman penafian. Vitalae menjelaskan lebih dulu tentang hipnosis dan peringatannya agar kemampuan hypnotic writing digunakan untuk jalan kebaikan. Selain itu, ada pula klarifikasi tentang hipnosis sebagai sarana, bukan sebuah "kekuatan" bagaikan dewa bagi seseorang. Penjelasan dan peringatan awal seperti itu cukup adil bagi pembaca agar tidak berpikiran "macam-macam" dulu. Tentu juga Joe tidak menginginkan isi buku itu digunakan dalam kejahatan.

Penafian menurut A & C Black (2009) dalam Dictionary of Publishing and Printing ialah penolakan secara hukum untuk bertanggung jawab. Karena itu, penafian digunakan sebagai upaya melepaskan diri dari tanggung jawab yang berkonsekuensi terhadap hukum. Namun, A & C Black menyatakan keabsahan halaman itu sebagai bukti hukum masih dipertanyakan.

Di Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra, penafian disajikan dalam bentuk daftar umum dan daftar detail. Isinya muatan konten sensitif di dalam buku, faktual konten tersebut (apa dan di halaman berapa), dan penjelasan konten itu yang terdapat pada sub penjelasan khusus. Contoh konten sensitif, yaitu kekerasan (fisik dan verbal), sadisme, seksualitas, dan LGBT. Konten sensitif itu ada di beberapa buku yang direkomendasikan.

Hal yang dapat dimaklumi bahwa konten itu termuat pada karakter/tokoh yang menjadi protagonis atau antagonis di dalam cerita. Konteks tokoh dan penokohan digunakan oleh pengarang/penulis itu untuk menghidupkan jalan cerita, memperlihatkan fenomena masyarakat sesuai dengan latar cerita, dan memberi pesan tentang akibat-akibatnya. Jadi, dianggap masih dapat berterima dalam dunia pendidikan sebagai karya sastra dengan menggunakan penalaran.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab atau menyangkal bertanggung jawab atas pemuatan konten-konten itu sebagai penafian? Itulah yang dapat memunculkan pertanyaan dari penafian tersebut.

Kata yang tepat menurut saya bukan 'penafian', tetapi 'peringatan' atau 'catatan peringatan' untuk pembaca dan pendamping pembaca (guru, orang tua, atau orang dewasa dalam konteks bacaan anak-anak). Tentu peringatan disampaikan agar pembaca tidak terkejut dengan beberapa konteks cerita yang kurang patut lalu dijelaskan juga bagaimana mitigasi dampaknya melalu pendampingan dan penalaran.

Masuknya konten-konten tidak patut itu ke dalam buku sastra, baik masa lalu maupun masa sekarang, memang sulit dihindarkan. Konteks instrinsik, bahkan ekstrinsik juga dapat menjadi kilah yang membenarkan.

Namun, mereka yang mempertanyakan dapat juga meyampaikan tanggapan: Lalu, mengapa buku-buku itu yang direkomendasikan, apakah tidak ada buku lain yang lebih layak? Nah, itulah yang harus dijawab oleh Kemendikbudristek.

***

Polemik rekomendasi itu saya yakin sudah disangkakan akan muncul oleh para kurator, Pusat Perbukuan, dan BSKAP sendiri. Kalau hal itu menimbulkan dampak, pasti juga sudah disiapkan aksi mitigasi. Jika ada yang menyambut dengan sukacita dan ada yang menyambit dengan dukacita kehadiran tamu si orang lama itu, hal itu sebuah persoalan biasa saja. Tapi, persoalan itu juga dapat meluas jika terjadi dinamika dalam penggunaan buku sastra itu kelak di sekolah-sekolah kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun