Waktu setahun sudah seperti kereta Whoosh dengan kecepatan 350 km/jam. Tak terasa tiba-tiba sudah tiba di penghujung masa 2023.Â
Bagi seseorang yang berprofesi sebagai penulis atau lebih khusus penulis buku, tiap tahun adalah harapan menghasilkan sebanyak mungkin buku. Saya pun begitu.
Pandangan terhadap perlunya kuantitas karya yang tinggi setiap tahun tentu sah-sah saja jika diimbangi dengan tingginya kualitas karya. Namun, pandangan bahwa yang penting berkarya walaupun hanya satu buku, juga tidak apa-apa. Asalkan satu buku itu tetap bermutu.
Tahun 2023, saya dapat menuntaskan beberapa buku, baik buku mandiri maupun buku untuk klien. Setiap buku selesai tentu sesuatu yang membanggakan. Namun, ada yang juga merisaukan ketika beberapa buku yang direncanakan ternyata belum tuntas hingga akhir 2023 ini.
Dengan usia sudah memasuki separuh baya, terasa sekali energi yang telah berkurang. Duduk berjam-jam di depan laptop sudah mulai kepayahan. Sementara itu, otak juga mengalami pemerasan meskipun bukan pemalakan.
Setidaknya saya masih punya PR beberapa buku untuk dituntaskan tahun depan, seperti Kamus Penulisan & Penerbitan, memoar 30 tahun di dunia buku, satu novel anak, dan satu buku cerita bergambar.Â
Di samping senarai buku yang belum selesai 2023, ada lagi senarai buku yang bersiap untuk dituliskan. Wuih, bersemangat sekali.
Jika saya seproduktif itu, tentulah tidak mengherankan. Dunia saya dunia buku dan memang bekerja pada bidang itu sejak 25 tahun yang lalu. Berbeda halnya jika saya berprofesi bukan sebagai penulis.Â
Mereka yang bukan penulis dapat merencanakan satu tahun cukup satu buku. Mungkinkah?
Satu Tahun Satu Buku Saja
Bagi seorang pendidik, periset, dan praktisi (profesional) di satu bidang bahwa menulis satu tahun satu buku perlu diresolusikan. Alasannya, ia berhubungan dengan identitas, citra, dan reputasi pribadi. Buku adalah kartu nama Anda.