Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar Menulis dari Gaya Selingkung Tertua

1 Februari 2023   08:54 Diperbarui: 1 Februari 2023   17:00 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Justru penerbitan universitas di Indonesia tidak memilikinya. Ini mungkin dapat menjadi perhatian Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) sebagai wadah dari penerbit universitas. Sewajarnyalah jika APPTI mulai menyusun buku gaya selingkung khas penerbitan ilmiah di Indonesia dengan mengadaptasi juga gaya selingkung induk, seperti CMOS, APA Style, ISO, atau Vancouver. 

CMOS juga dapat diakses secara daring (CMOS online) sehingga jika tidak memiliki bukunya, seorang penulis dapat mengakses apa jawaban yang diberikan CMOS terkait dengan penulisan. Sebagai contoh, banyak penulis yang kini mengutip konten situs web, blog, dan media sosial sebagai sumber tulisan.

CMOS memberi jawaban seperti ini untuk kutipan blog di daftar pustaka/daftar rujukan:

Trim, Bambang. "Mengapa Banyak Dosen Tidak Menulis Buku Sendiri." Penulisan Profesional (blog), Penulispro.id, 15 Januari 2023, https://penulispro.id/blog/mengapa-banyak-dosen-tidak-menulis-buku-teks-sendiri/.

Jadi, CMOS memang bukan tentang bagaimana memulai penulisan atau teknik menulis, melainkan sebuah panduan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul terkait penerapan standar dan kaidah dalam penulisan, terutama untuk karya nonfiksi. Karena itu, gaya selingkung tidak sama dengan gaya penulis (author style). 

Gaya penulis khas dimiliki oleh seorang penulis yang dalam kajian sastra dipelajari sebagai stilistika---Burhan Nurgiyantoro (pakar sastra UGM) menyebut istilah 'stile'.

Penerapan standar dan kaidah dalam penulisan serta penerbitan memungkinkan sebuah karya tulis mudah untuk diidentifikasi. CMOS dalam hal ini membuat panduan standar dan kaidah dalam penulisan-penerbitan buku serta artikel di jurnal ilmiah. 

Acuan seperti Associated Press Style lebih umum digunakan untuk penulisan-penerbitan media massa berkala, seperti koran/majalah. Sebagai contoh baik, di Indonesia pernah terbit buku gaya selingkung penulisan-penerbitan pers oleh The Jakarta Post. 

Mengapa penulisan dan penerbitan memerlukan standar dan kaidah? Bayangkan jika Anda menempuh pendidikan di perguruan tinggi lalu Anda dibebaskan menulis tugas akhir dengan gaya apa pun. Dosen yang memeriksanya pasti klenger. Begitu juga jika sebuah penerbitan universitas membolehkan penulis menulis dengan gaya seenak perutnya, editor bakal dibuat kalang kabut.

Nah, jika Anda berprofesi sebagai penulis buku nonfiksi atau penulis karya tulis ilmiah (KTI), baik sekali menyediakan waktu untuk mendalami gaya selingkung ini dan tentu saja menerapkan. Saya menyarankan untuk menggunakan CMOS jika lembaga penerbit tempat Anda bernaung belum menentukan rujukan gaya selingkung.

Bagi Anda editor di penerbit, bolehlah mengusulkan penyusunan buku gaya selingkung secara khas di penerbit Anda dengan merujuk pada gaya selingkung induk seperti CMOS. Kita memang harus belajar dari mereka yang sudah lebih seabad menyiapkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun