Penyuntingan fiksi merupakan ilmu pengetahuan sekaligus keterampilan untuk mematut sebuah karya fiksi dari segi unsur instrinsiknya, bahkan juga memperhatikan unsur parateks. Tentu tanpa pemahaman sastra yang memadai dan kemampuan menulis, mustahil seseorang dapat menjadi editor fiksi yang mumpuni.
Pembelajaran dan pelatihan paling awal dapat diberikan adalah menyunting fiksi anak atau sastra anak. Ketika seorang editor belum becus mengedit atau menyunting karya sastra anak, mungkin ia juga tidak akan sanggup mengedit karya sastra untuk orang dewasa yang lebih kompleks.Â
Ini bukan soal bahwa sastra anak "lebih rendah" daripada sastra orang dewasa---bahkan justru malah lebih sulit sastra anak---, melainkan dengan jumlah teks yang relatif sedikit, seorang editor semestinya dapat lebih memahami sebuah karya fiksi secara utuh pada fiksi anak.
Jadi, dalam konteks perbukuan kita mengenal dua kutub, yaitu kutub fiksi dan kutub nonfiksi. Seorang editor nonfiksi yang sudah terbiasa mengedit buku ilmiah atau buku ilmiah populer, boleh jadi akan tertatih mengedit karya fiksi.Â
Sebaliknya, editor yang terbiasa mengedit karya fiksi mungkin juga gamang jika disodori harus mengedit nonfiksi. Akan tetapi, bagaimana kalau mampu mengedit keduanya secara sama baiknya. Tentu saja itu mungkin bagi seorang generalis sejati.[]
Referensi Sejarah:
P. Swantoro, 2017. Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu. Jakarta: KPG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H