Ide itu mirip jelangkung. Datang tidak diundang, pulang pun tidak diantar. Sifatnya spontan menghampiri. Karena itu, saya lebih setuju dengan ungkapan: 'ide adalah sebuah perjumpaan, bukan pencarian' karena pada dasarnya sulit untuk mencari-cari ide.
Perjumpaan dengan ide dapat terjadi ibarat sinyal berjumpa dengan antena. Sinyal semakin baik berterima jika ada penguatnya. Demikian pula saya mengumpamakan sebuah ide ditemukan atau tertangkap oleh "antena" benak kita karena ada penguatnya.Â
Setelah sebelumnya saya menguraikan tentang Tiga Hal yang Memicu Ide, pada artikel ini saya lanjutkan tentang lima hal yang menguatkan ide.Â
Lima hal ini menunjukkan kapasitas kita sebagai manusia yang pernah hidup di muka bumi ini. Karena itu, sejatinya mustahil seseorang tidak punya ide menulis, kecuali ia tidak pernah hidup di dunia ini.
Kelima penguat ide itu adalah pengetahuan, keterampilan, pengalaman, penemuan, dan imajinasi. Seseorang dapat menggunakan kelima penguat itu atau hanya salah satu atau salah dua. Seperti pengetahuan, semua orang pasti memilikinya berupa pengetahuan dari pendidikan formal, pendidikan nonformal, atau bahkan pendidikan informal.
Ide yang dituliskan makin berbobot ketika memberi pengetahuan baru bagi pembacanya. Pengetahuan menjadi penguat paling ideal untuk sebuah karya penulisan.
Di samping pengetahuan, kita juga mengenal keterampilan sebagai penguat ide pada tulisan-tulisan prosedural atau bagaimana melakukan sesuatu.Â
Keterampilan menjadi konten berharga bagi pembaca yang ingin tahu langkah demi langkah sesuatu itu dapat diwujudkan. Maka dari itu, tidak usah heran jika seseorang yang berlatar belakang pendidikan tinggi teknik mesin, justru mampu menulis tentang musik. Tentu karena ia memiliki keterampilan kuat dalam bermusik ditambah dengan renjana (passion) untuk itu.
Lantas mengapa ia tidak menulis tentang teknik mesin yang jelas-jelas dikuasainya sebagai pengetahuan? Di sini ada makna bahwa ide itu sebuah perjumpaan karena rasa rindu untuk mengalirkannya. Orang tidak dapat dipaksa untuk menulis sesuatu yang tidak disukainya meskipun ia tahu banyak tentang itu.
Ya, pengalaman berlibur ke rumah nenek. Hanya kasihan anak-anak yang neneknya tinggal serumah dengan dia dan orang tuanya. Mau berlibur ke mana?
Tentulah pengalaman setiap orang berbeda. Ada yang pengalaman hidupnya lurus-lurus saja, tidak ada yang menarik untuk diceritakan. Ada pula pengalaman seseorang yang penuh drama semenjak ia lahir sampai dewasa. Ada pengalaman yang remeh dan ada pula pengalaman yang serius.Â
Buku karya Agustinus Wibowo memuat pengalaman berharga tentang perjalanan ke negara-negara lain yang tidak biasa. Banyak hal menakjubkan dan menegangkan yang kita rasakan ketika membaca tulisan Agustinus Wibowo.
Siapa yang tidak punya pengalaman? Itulah salah satu unsur penguat ide yang mungkin masih bersemayam di diri Anda, belum dikeluarkan dalam bentuk tulisan, terutama buku.
Unsur penguat keempat yang tidak semua orang memilikinya adalah penemuan. Anda mungkin pernah menemukan sesuatu, apakah itu teori, konsep, rumus, produk inovasi, metode, atau bahkan resep rahasia memasak  ayam goreng. Penemuan adalah sebuah ide luar biasa yang tidak semua orang mau atau mampu menuliskannya.
Peneliti di negeri ini banyak menemukan sesuatu, tetapi tidak banyak yang mewujudkannya ke dalam tulisan berbentuk buku. Penemuan hanya berhenti pada tesis, disertasi, makalah, atau jurnal ilmiah. Padahal, jika dibukukan, akan lebih detail dan luas diketahui khayalak. Penemuan itu makin tersebar dan bermanfaat bagi banyak orang.
Unsur terakhir atau kelima adalah imajinasi. Seorang penulis yang tidak menggunakan unsur penguat ini biasanya tulisannya menjadi kaku, beku, dan kurang menarik. Ia harus nakal memainkan imajinasi melalui pilihan kata dan deskripsi kepada pembaca. Kreativitas sebuah tulisan dikuatkan oleh imajinasi. Â
Imajinasi ini tak mesti melulu dikaitkan dengan khayalan seolah-olah lebih cocok untuk fiksi. Daya pikir untuk membayangkan sesuatu berdasarkan kenyataan atau pengalaman itu juga imajinasi.
Saya jadi membayangkan Menkeu Sri Mulyani. Pastilah beliau menggunakan imajinasi ketika menghadapi badai pandemi Covid-19. Untuk apa? Untuk memprediksi fondasi ekonomi kita, terutama di sektor keuangan agar tidak ambruk. Orang-orang di sektor keuangan harus lihai menggunakan prediksi, asumsi, dan proyeksi.
Saya kira pengalaman-pengalaman orang keuangan dalam menghadapi Covid-19 itu perlu dituliskan dan dibukukan karena pasti menarik sebagai ramuan unsur penguat ide---di sana ada pengetahuan, keterampilan, pengalaman, penemuan, dan tentu saja imajinasi. Sebuah tulisan yang mengandung lima unsur penguat ide ini mampu tampil sebagai tulisan yang mencengangkan.
Silakan Anda menyelami kapasitas diri sendiri. Apakah Anda memiliki lima penguat ide ini? Rasa-rasanya ada paling tidak dua atau tiga penguat. Kalau sudah ada, silakan digunakan.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H