"Ngapain Mas Fadjroel di vaksin? Nungguin corona?"
Akan tetapi, kita memang tidak boleh sesumbar semata menyalahkan pendidikan untuk kasus penulisan 'di' dan 'di-', bahkan tidak boleh juga sesumut (hehehe). Boleh jadi memang ada faktor psikologi yang melatari mengapa orang sulit membedakan kata depan dan awalan ini.
Mungkin kasusnya sama dengan orang seperti saya. Disuruh ke kiri, malah ke kanan; eh disuruh ke kanan, malah ke kiri. Ya, sama dengan emak-emak yang naik motor matik sering keliru menggunakan lampur sein. Sering lambat merespons dua hal yang dirasa-rasa sama atau dipikir-pikir sama saja. Akhirnya, kemungkinan juga salah memilih kata atau menuliskan kata antara 'di vaksin' dan 'divaksin'.Â
Apa memang perlu kajian serius untuk menyelisiknya sehingga fenomena ini tidak berulang?Â
Nah, saya pun belum menjawab pertanyaan pada judul di atas. "Mengapa Banyak Orang Sulit Membedakan antara 'di' dan 'di-'?"
Apakah Anda termasuk di antara orang-orang itu? Jika YA, jawaban ada pada diri Anda sendiri. Jujurlah. Jika TIDAK, Anda pasti sudah membaca buku bahasa Indonesia karangan Pak Jus Badudu. Selamat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H