Buku-buku mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya menekankan soal ini secara berulang di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Guru-guru bahasa Indonesia harus tidak bosan-bosannya mengingatkan penggunaan kata depan 'di' dan awalan 'di-' yang berbeda.Â
Jadi, Mas Nadiem perlu memperhatikan serius perihal ini penggunaan bahasa Indonesia ini. Akan tetapi, boleh juga sih tidak terlalu serius karena ini sebenarnya kasus kebahasaan yang mudah saja membedakannya.
Hasil pendidikan bahasa Indonesia ternyata menciptakan orang-orang Indonesia yang tidak dapat membedakan 'di' sebagai kata depan dan 'di-' sebagai awalan. Tentu ini menjadi keprihatinan mendalam bagi para pencinta dan pegiat bahasa Indonesia di satu sisi. Di sisi lain karena saking seringnya terjadi kasus ini, dianggap (bukan di anggap) biasa sajalah.
Jadi, banyak orang benar-benar bimbang (bukan bambang) apakah menulis 'di rumah' atau 'dirumah'? Lalu, apakah menulis 'dimakan' atau 'di makan'?
Namun, sebagian orang tidak bimbang karena tidak ada gunanya juga memikirkan dipisah atau digabung---begitu hasil jajak pendapat imajiner. Bodo amat!
Kata depan di digunakan bersamaan dengan keterangan tempat: rumah, kantor, sana, sini, antara, luar, dan dalam. Karena itu, di hasilkan bentuk di rumah, di kantor, di sana, di sini, di antara, di luar, dan di dalam. Adapun imbuhan (awalan) di- dilekatkan pada kata kerja untuk membentuk kata kerja pasif. Anda pun menuliskan dimakan, dibuat, divaksin, diimunisasi, atau diganti.
Perkara ini sudah sering diulas di situs web, blog, media sosial, kelas-kelas bahasa, dan kuliah-kuliah kebahasaan. Sampai kemudian mantan jubir KPK menyentil jubir Presiden.
Baca:Â Penggunaan "di" sebagai Kata Depan dan Imbuhan - Grammar Nazi Bahasa Indonesia
Bagi saya belum tentulah Bung Fadjroel Rachman itu tidak dapat membedakan antara 'di' dan 'di-'. Mungkin desainer atau pengetiknya saja yang keliru dan beliau tidak memeriksa lagi. Ya, mereka yang keliru mungkin buah dari pendidikan masa lalu.Â
Mas Febri Diansyah bolehlah disebut jeli sebagai orang hukum yang masuk humas. Orang hukum memang harus jeli, apalagi ketika membuat draf legal seperti perjanjian atau regulasi pemerintah. Jangan sampai antara 'di' dan 'di-' keliru dituliskan.
Antara 'di vaksin' dan 'divaksin' memang berbeda. Namun, keduanya dapat digunakan. Hanya kata 'di vaksin' menjadi tidak logis untuk menunjuk tempat bernama vaksin.