Saya sungguh memaklumi bahwa romantisme membaca koran cetak bakal tinggal cerita. Sepanjang tahun 2020, rasa-rasanya saya membeli koran cetak Kompas tak sampai hitungan sebanyak jari tangan. Perilaku saya yang berubah dalam membaca atau mengakses informasi turut mempercepat kematian koran-koran cetak tanpa saya sadari.
"Badan" koran-koran cetak itu pun sudah semakin kerempeng. Tidak ada lagi iklan yang signifikan dapat menopang hidupnya di tengah tsunami informasi yang muncul setiap detik dari berbagai belahan dunia.Â
Wajar koran-koran konvensional itu menggulung korannya karena tak lagi laku untuk dibaca. Bahkan, koran-koran itu tak lagi laku dijadikan kertas pembungkus atau alas sajadah saat berbondong-bondong kaum lelaki Muslim menghadiri Jumatan.Â
Romantisme koran cetak yang sudah lama tinggal kenangan adalah kliping koran. Dulu pekerjaan mengkliping ini masih menjadi bagian tugas-tugas di sekolah. Namun, sekarang nyaris tidak ada berita di koran yang dapat dikliping. Kliping sudah berubah semudah membalikkan taplak meja dengan aplikasi digital.
Senjakala koran cetak sudah tiba. Esok kita akan mendengar berita giliran koran cetak mana yang akan menutup mata. Mereka berubah wujud menjadi digital dan hadir tanpa perlu direbutkan oleh sekeluarga.[]Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI