Namaku Haneen*, anak perempuan yang selalu tersenyum. September dua ribu dua puluh tujuh usiaku genap tujuh tahun. Aku sudah lancar membaca dan menulis. Bukan belajar di TK, tapi kakakku mengajariku dengan penuh cinta. Mamaku sering melihat kami dengan mata berkaca.
Suatu hari aku diajak temanku ke pasar bersama mamanya. Ia merengek-rengek, minta dibelikan boneka. Aku ingin juga merengek meminta boneka seperti itu. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku mengajak temanku bermain di rumahku. Tapi, mamanya melarang temanku karena ia belum mandi dan belum makan. Temanku merajuk, tak mau mandi dan tak mau makan. Aku ingin juga merajuk seperti itu. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku diajak temanku ke rumahnya. Ia meminta dibuatkan masakan ayam goreng tepung dan kentang goreng kepada mamanya. Mamanya bilang beli saja di kedai cepat saji. Tapi, temanku hanya ingin masakan mamanya. Mama temanku terpaksa memasak untuk kami berdua meskipun lelah. Aku ingin Mama juga demikian, memasakkan makanan kesukaanku. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku melihat temanku menjahili kakaknya. Ia mengagetkan kakaknya yang lagi melukis. Ada cat air yang tumpah ke meja. Mamanya marah. Temanku menangis. Aku ingin juga menjahili kakakku biar Mama marah. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku datang ke pesta ulang tahun temanku. Ia meminta kue tar istimewa kepada mamanya. Kue bergambar kartun yang kami suka. Ia diapit oleh papa dan mamanya. Ia meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Kue itu diberikan pertama ke mamanya. Mamanya memeluk dan menciumnya dengan penuh cinta. Aku ingin saat ulang tahunku meminta kue tar istimewa kepada Mama. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku berkunjung ke rumah temanku yang sakit. Ia terbaring di tempat tidur. Mamanya ada di sampingnya mengelus-elus rambutnya. Temanku tidak mau meminum obat yang pahit. Mamanya membujuknya dengan lemah lembut. Aku ingin juga tak mau meminum obat ketika sakit karena pahit. Tapi, aku kasihan Mama.
Suatu hari aku melihat temanku menggambar mamanya. Aku juga menggambar mamaku yang cantik. Temanku bilang ia akan memberikan gambar ini kepada mamanya sebagai hadiah. Aku ingin juga nanti memberi gambar ini kepada Mama sebagai hadiah. Tapi, aku tahu Mama sudah di surga.
Mama, aku ingin bercerita tentangmu selalu. Aku tahu engkau akan membelikan boneka untukku, membujukku ketika merajuk, memasakkan makanan kesukaanku, memarahiku ketika aku nakal, membelikan kue ulang tahun untukku, membujukku untuk minum obat, dan aku akan menggambar untukmu.
Mama, hari ini tahun dua ribu dua puluh tujuh aku ingin sekali bercerita. Tentang engkau dan aku. Bukan tentang virus yang memisahkan kita.
Bogor, 21 November 2020
____
Haneen adalah bayi dari almarhum keponakan saya, Fina. Fina melahirkan Haneen September 2020 dan meninggal beberapa hari setelah itu karena corona. Puisi ini saya persembahkan untuk Haneen dan anak-anak seperti Haneen yang kehilangan ayah-ibu tersebab corona. Semoga kalian semua menjadi anak yang tangguh, menebar cinta, dan selalu tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H