Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antibingung Soal Buku Akademis dan Angka Kredit Dosen

30 April 2020   11:34 Diperbarui: 1 Mei 2020   11:06 2782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Adi Rahman/Unsplash.com

Saya ditanya apakah modul termasuk buku atau bukan maka saya menjawab tegas bahwa modul adalah buku dengan penggunaan khusus pada pembelajaran jarak jauh sehingga modul disebut bahan ajar mandiri--dengan keterlibatan minimal dari dosen/tutor.

Rasanya kurang lengkap jika saya tidak menyertakan definisi buku pengajaran dari pedomanan penilaian angka kredit. 

Definisi buku ajar, diktat, dan modul (Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan Akademik/Pangkat Dosen Tahun 2019):

Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan. Buku ajar yang telah mendapatkan sertifikat karya cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham maka karya tersebut hanya dapat diajukan salah satu sebagai bukti melaksanakan pendidikan atau melaksanakan penelitian.

Diktat adalah bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh dosen mata kuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada peserta kuliah.

Modul adalah bagian dari bahan ajar untuk suatu mata kuliah yang ditulis oleh dosen mata kuliah tersebut, mengikuti kaidah tulisan ilmiah dan disebarluaskan kepada peserta kuliah.

Dengan definisi kurang jelas seperti itu bagaimana dosen dapat membedakan antara diktat dan modul? Definisinya sama dan tidak spesifik sehingga diktat dan modul dianggap sama. Itulah yang menyebabkan kebingungan karena lemahnya pendefinisian buku.

Modul saya kira akan menemukan momentumnya terkait kasus COVID-19 yang "memaksa" semua perguruan tinggi melakukan pembelajaran jarak jauh dan menginstruksikan mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Tentu bahan pengajaran yang paling tidak digunakan adalah modul.

Mengurai Kebingungan Buku untuk Pelaksanaan Penelitian

Sekarang kita masuk pada pertanyaan kedua: Mengapa buku referensi leibh tinggi nilainya daripada monografi? Pada kasus ini saya kembali menemukan ketidaksinkronan terminologi buku referensi sehingga kemudian dosen-dosen mengalami mispersepsi terhadap buku referensi. 

Mari bandingkan dulu perbedaan definisi buku referensi antara Pedoman Publikasi Ilmiah Dikti 2017 dan Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan Akademik/Pangkat Dosen Tahun 2019.

Definisi buku referensi (Pedoman Publikasi Ilmiah Dikti 2017):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun