Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Menjawab

22 Februari 2020   08:16 Diperbarui: 22 Februari 2020   08:17 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Merdeka (Gubahan Bambang Trim dari Canva)

Merdeka belajar, itu konsep bagus dari Mendikbud Nadiem Makarim. Sebuah terobosan paling tidak untuk mencairkan "kebekuan" pola pendidikan kita sehingga tertinggal dari negara setara. Saya kira soal merdeka belajar tidak dapat dipisahkan dari merdeka menjawab dari soal-soal yang diberikan oleh sang guru.

Saya ingat betul saat putri saya ketika duduk di kelas 1 SD mengikuti ujian. Selembar kertas ujian yang sudah dikerjakannya dan diberi nilai membuat saya tersenyum.

Soal: Mangga muda rasanya ....
Jawaban putri saya: tidak enak

Guru menyalahkan jawaban itu karena mestinya yang benar menurutnya adalah 'asam'. Itu soal jawaban tertutup. Jawabannya sudah pasti harus itu. Itu!

Inginnya saya membela putri saya yang merdeka menjawab sesuai dengan pengetahuannya dan pengalamannya. Tentu saja ia tidak salah mengatakan jika mangga muda rasanya tidak enak dan sebaliknya, mangga matang rasanya enak. Namun, ini soal konsep rasa yang umum berlawanan dengan konsep rasa yang spesifik, seperti manis, asin, asam, atau kecut.

***

Memang guru akan serbasalah ketika membuat soal dengan jawaban terbuka alias banyak kemungkinan jawaban yang boleh jadi semuanya tepat bergantung pada pengetahuan dan pengalaman siswa. Di sisi lain membuat soal dengan jawaban tertutup membuat suatu pelajaran cenderung menjadi hafalan.

Mari kita baca ilustrasi berikut ini.

Di sebuah sekolah menengah pertama, seorang guru menuliskan soal di papan tulis untuk ketiga muridnya.

"Sebutkan kelima warna pada lagu Balonku versi terbaru!"

Siswa I: (Sejenak berpikir sambil bernyany). Hijau, kuning, kelabu, merah muda, dan biru.

Siswa II: (Memutuskan tidak menjawab)

Siswa III: Violet, oranye, toska, cokelat, hitam.

Sang guru tersenyum melihat jawaban para muridnya. Ia membenarkan semua jawaban, kemudian bertanya.

"Jawaban kalian semua berbeda. Tapi, semua benar. Sekarang, coba jelaskan mengapa kamu menjawab seperti itu!"

Siswa I: "Saya pikir versi terbaru lagu Balonku itu jebakan karena tidak ada versi terbaru liriknya. Yang ada versi terbaru aransemennya."

Siswa II: "Saya pikir soal yang Bapak berikan itu keliru karena tidak ada lagu Balonku versi terbaru. Jadi, saya tidak jawab. Soal keliru pasti dianggap benar."

Siswa III: "Versi terbaru lagu Balonku itu baru saja saya buat, Pak. Jadi, warnanya gimana saya."

***

Bagaimana? Apakah Anda akan menyetujui sikap guru yang membenarkan jawaban para muridnya ataukah Anda tetap akan memilih jawaban yang paling benar menurut Anda? Kemerdekaan menjawab dengan argumentasi yang jelas itulah yang menurut saya buah dari merdeka belajar.

Jika berhasil, memang akan menghasilkan siswa atau murid dengan kecakapan Abad 21, yaitu mahir berpikir kritis, mahir berkomunikasi, mahir berkolaborasi, dan mahir berpikir kreatif. Sebaliknya, memberikan soal-soal kepada mereka dengan jawaban tertutup yang sebenarnya masih mungkin diperdebatkan hanya akan menyempitkan kemampuan berpikir mereka, apalagi pada masa anak-anak.

Saya bukanlah pakar pendidikan, apalagi pengamat pendidikan---hanya seseorang yang menaruh perhatian pada pendidikan. Tidak dapat dinafikan memperbaiki konteks pendidikan Indonesia hanya dapat dilakukan dengan memperbaiki guru terlebih dahulu karena di tangan para gurulah mutu pendidikan Indonesia dipertaruhkan.

Konsep 'Merdeka Belajar' itu sangatlah baik apabila implementasinya juga baik bukan sekadar jargon seperti yang selama ini terjadi. Kurikulum direvisi atau diubah lagi boleh jadi sebuah tuntutan untuk melakukan perubahan drastis dalam pendidikan kita.[] 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun