Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi... hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas pudar.
Sekumpulan sajak Chairil telah menjadi fenomena di negeri ini dan patut menjadi pembelajaran di kelas-kelas sastra. Ia telah menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam mematut-matut kata meskipun dari gagasan yang sederhana. Karena itu, karya Chairil akan terus abadi bersama kenangan yang disimpan di makamnya, di Karet Bivak.
Tahun 2020 menjadi awal bagi karya-karya Chairil Anwar menjadi domain publik yaitu menjadi warisan budaya publik. Sebagaimana menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, karya seseorang yang sudah meninggal akan menjadi domain publik terhitung 70 tahun sejak sang pencipta meninggal dunia. Dengan demikian, karya tersebut dapat dikutip, diperbanyak, dan dijual secara bebas tanpa harus meminta izin atau memberi kompensasi kepada ahli waris.
Walaupun menjadi domain publik, bukan berarti karya-karya tersebut boleh diubah dan menghilangkan atau melupakan nama Chairil Anwar sebagai penciptanya. Karya-karya itu tetap dipertahankan sebagaimana aslinya sebagai warisan budaya untuk publik.Â
Ada baiknya lembaga pemerintah seperti Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud, mengadakan suatu acara untuk merayakan momentum karya Chairil Anwar sebagai domain publik dengan juga memberikan penghargaan kepada ahli waris karya-karya Chairil Anwar.
Chairil Anwar, bagaimanapun tetap di hati kita meskipun ia mati muda. Ia telah meninggalkan warisan budaya yang luar biasa yaitu sajak-sajak yang yang telah jauh menembus zamannya. []Â