Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata tipografi? Sekira tahun 2000-an saya pernah mengajar mata kuliah Tipografi di almamater saya, Prodi D-3 Editing Universitas Padjadjaran.Â
Karena itu, saya mendalami ilmu/keterampilan/seni menata dan menggunakan typeface (font) ini meskipun masih pada taraf dasar.
Sayangnya, di KBBI daring, kata 'tipografi' bermakna ilmu cetak; seni percetakan. Makna tersebut tentu saja kurang tepat karena tipografi sangat berkaitan dengan penggunaan huruf, angka, simbol yang disebut keseluruhannya dengan sebutan typeface atau font.Â
Kata 'font' sendiri sudah di-indonesiakan menjadi fon.
Tipografi adalah seni menata dan menggunakan typeface/fon sesuai dengan prinsip keterbacaan (readability) dan kejelahan (legibility). Seorang desainer buku atau majalah mutlak harus memahami tipografi.Â
Saat ini orang semakin dimudahkan oleh komputer untuk memilih dan menggunakan fon, tetapi sering kali fon yang kini jumlahnya sampai ribuan malah membuat bingung. Memang perlu ilmu dan pengetahuan untuk dapat menggunakan fon secara tepat.
Nah, ada berapa fon (font) yang terinstal di laptop atau komputer Anda? Boleh jadi Anda mempunyai satu atau dua fon favorit yang digunakan setiap kali mengetik, baik di komputer maupun di Hp. Fon adalah hasil karya para tipografer (typographer) atau desainer fon (typeface designer).
Contohnya adalah Times New Roman, huruf berkait (serif) yang sangat legendaris kreasi Stanley Morison. Morison disebut-sebut sebagai seorang tipografer yang paling berpengaruh pada abad ke-20.Â
Tanggal 3 Oktober 1932, Times New Roman resmi digunakan oleh The Times dan mencatat sejarah kesuksesan di dunia tipografi.Â
Hanya dalam beberapa tahun, Times New Roman (TNR) telah menjadi fon standar yang banyak digunakan pada desain buku. TNR semakin populer ketika pada tahun 1980-an dijadikan sebagai fon standar untuk komputer.
Tidak ada komputer/laptop yang tidak terinstal fon ini. Bahkan, fon ini juga memengaruhi penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang mewajibkan penggunaan TNR.
Satu lagi tipografer yang hendak saya perkenalkan adalah Adrian Frutiger (1928-2015). Sepanjang hayatnya Frutiger telah menciptakan 40 fon yang berbeda, di antaranya yang paling populer adalah Univers. Fon karya Frutiger dipuji karena teknik, gaya, dan kerbacaannya yang sangat baik.
Salah satu font ciptaannya yang menggunakan nama Frutiger, digunakan di Bandara Internasional John F. Kennedy, New York dan Bandara Charles de Gaulle di Paris.
Penyebutan nama ini adalah sebagai penghormatan dan penghargaan hak kekayaan intelektual para tipografer.Â
Tim penyusun dari kalangan desainer yang terdiri atas praktisi dan akademisi juga mewajibkan para penerbit menggunakan fon resmi, baik yang merupakan sumber terbuka (open source) maupun berbayar.
Kaidah ini menjadi langkah baru dalam menghormati hak kekayaan intelektual yang dimiliki orang lain. Bagaimanapun proses menemukan gagasan fon, membuatnya, lalu mewujudkannya menjadi satu paket lengkap adalah pekerjaan luar biasa dan perlu dihargai.Â
Jadi, jangan asal menggunakan fon untuk tujuan komersial karena jangan-jangan Anda menjadi pembajak fon.
Di Indonesia profesi sebagai tipografer ini tampaknya belum banyak yang mendalami. Jika ditanya adakah tipografer Indonesia yang sudah sukses, tentu saja ada.Â
Di internet saya menemukan nama Eugenia Clara sebagai tipografer asal Indonesia yang sudah go international. Di Bandung tersebut juga nama Gilang Purnama. Lalu, ada Adien Gunarta yang mengkreasikan fon di film "Despicable Me". Adien malah sudah menciptakan 90 jenis fon.
Tentu selain karena penghormatan terhadap hak cipta atau hak kekayaan intelektual, juga agar karya kita berkah dengan menggunakan fon resmi, bukan hasil bajakan.Â
Nah, jika Anda memiliki beberapa fon favorit, coba telusuri siapa penciptanya. Pilihan fon Anda menunjukkan karakter Anda; karakter Anda adalah fon itu sendiri. Bingung kan?
Salam tipografi. Pesan: Awas typo!