Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memaksa Menulis Tanpa Membaca

1 Februari 2019   06:55 Diperbarui: 1 Februari 2019   11:41 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Chris Benson on Unsplash

Suatu ketika lewat rumpian di messenger, seorang calon penulis menanyakan beberapa perihal menulis kepada saya. Ia antusias sekali ingin belajar menulis. Namun, ada satu hal yang ia sampaikan belakangan: "Tapi, saya tidak suka membaca Pak Bambang .... Gimana, ya?

Ya, gimana? Ke laut aja. Menjadi penulis, tetapi enggan  membaca itu sama dengan menjadi barista, tetapi tidak suka minum kopi. Itu konyol, naif, dan sederet ungkapan yang menyiratkan ketidakmungkinan. Namun, bukan harga mati memang karena para penulis yang tidak membaca sesungguhnya banyak juga, Saudara.

Gejala "asal tulis" telah menjangkiti mereka yang mengaku-aku sebagai penulis. Indikasinya dapat dilihat dari tulisan yang tidak ada "dagingnya" alias minus manfaat. Kedua, tulisan yang tidak jelas tujuannya. Ketiga, tulisan yang ngopi sana ngopi sini atau lebih banyak meniru tulisan orang lain. Keempat, tulisan yang menyajikan data dan fakta yang keliru atau tidak terkonfirmasi. Kelima, tulisan yang miskin gagasan.

Membaca itu adalah sahabat karib menulis. Jika diibaratkan dengan makanan, membaca itu adalah nutrisi bagi para penulis untuk mampu berpikir dan berperasaan secara bermutu. 

Tidak asal berpikir dan tidak asal berperasaan tanpa rujukan, terutama rujukan dari adikarya (masterpiece) masa lalu. Jika dipaksakan, hasilnya adalah karya yang bakal ditertawakan atau dikritik dengan tajam karena kelemahan di sana sini.

Dalam soal berbicara di depan publik juga akan diketahui mana pembicara yang membaca dan mana pembicara yang tidak membaca. Seorang komika dalam acara stand-up comedy mungkin saja enggan membaca dan tetap lucu. 

Namun, ia akan semakin lucu karena membaca. Percayalah, paling tidak ia membaca bagaimana menggagas komedi dari para profesional di buku-buku.

Buku tentang Stand-up Comedy (Foto: Amazon.com)
Buku tentang Stand-up Comedy (Foto: Amazon.com)
Tidak Ada yang Baru di Bawah Matahari
Sastrawan Amerika, Ambrose Bierce pernah berujar, "There's nothing new under the sun, but there are lots of old things we don't know."

Artinya, sangat kecil kemungkinan ada karya yang benar-benar orisinal tercipta tanpa adanya rujukan dari karya-karya sebelumnya. Tidak ada yang baru memang di bawah matahari. Namun, sejatinya banyak juga hal yang belum kita ketahui.

Jadi, ketika seseorang menulis nonfiksi tanpa daftar rujukan/daftar pustaka, tentu karyanya meragukan bahwa ia tidak mengutip sama sekali---benar-benar asli pemikirannya. Jika ditelusuri, ternyata ia mengutip juga pemikiran-pemikiran orang lain.

Saya lebih senang menyebut sebuah karya tulis itu beride segar (fresh idea) daripada beride orisinal. Bahkan, menulis fiksi sekalipun kita memerlukan rujukan-rujukan dari penulis lain yang telah lebih dulu ada dan menghasilkan karya. Para penulis selalu memiliki penulis favorit yang mereka kagumi dan kadang berpengaruh terhadap proses kreatif mereka.

Ada satu teknik menulis yang disebut copy the master. Teknik ini pernah saya baca dari buku seorang tokoh penulis masa lalu yang juga ahli administrasi, The Liang Gie. Salah satu cara belajar menulis efektif adalah meniru tulisan penulis yang sangat kita kagumi. 

Kita dapat mengetik ulang sebuah karya dan merasakan bagaimana penulis yang dikagumi itu menyusun kata, kalimat, hingga sebuah paragraf.

Menjiplak? Iya prosesnya memang demikian, tetapi itu untuk pelatihan, bukan untuk dipublikasikan kembali. Jadi, dengan cara seperti itu, kita akan terbiasa akhirnya memilih kata, menyusun kalimat, dan menata paragraf layaknya penulis yang kita kagumi.

Jika enggan membaca, tentu tidak ada penulis yang kita gemari atau kagumi. Kita ingin meniru J.K. Rowling, tetapi satu pun karya Rowling tidak pernah kita baca. Wah, kita senang dengan Chicken Soup karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen, tetapi satu seri pun tidak pernah habis kita baca.

Kita kagum dengan Prabowo atau Jokowi dan ingin menuliskan pemikiran-pemikirannya, apa buku karya beliau-beliau itu sudah dibaca?

Apabila enggan membaca, bagaimana mungkin kita mengetahui bahwa ada karya yang bagus dan ada karya yang buruk? Jika malas membaca, bagaimana kita dapat memperbarui wawasan kita tentang banyak hal?

Kan sekarang mudah saja dengan menonton Youtube ... 

Ya, tentu berbeda antara menonton dan membaca. Dalam membaca Anda akan menemukan kedalaman sekaligus dapat mengulang-ulang bacaan dengan mudah. 

Kalau menonton Youtube, pasti merepotkan dan kita cenderung tidak akan tahan dengan durasi yang lama. Intinya tidak dapat dibandingkan penggalian data, fakta, ilmu, pengetahuan, dan keterampilan melalui membaca dengan menonton.

***

Jadi, buku/koran/majalah apa yang sudah Anda baca hari ini?

Belum ada, tapi saya sudah dari subuh membaca status Facebook dan IG.

Ha-ha-ha ya mudah-mudahan saja status itu status panjang yang memuat informasi dan ilmu bermanfaat atau ditautkan dengan tulisan-tulisan yang berguna dan Anda benar-benar membacanya. 

Ya, benar-benar membacanya, bukan hanya sekadar melihat judul, lalu langsung diagihkan (sharing) lagi ke orang lain. Benar-benar terlalu kalau itu sih.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun