Beberapa anak yang sudah siap perang bersepakat memakai baju biasa atau bertelanjang dada. Ada kenakalan yang tidak termaafkan dan dianggap melanggar "kode etik" kala itu ketika air yang ditembakkan (maaf) dicampur air kencing.Â
Jadi, aneka mainan pistol air di Tebingtinggi itu menjadi laris. Di kota-kota lain, seperti Medan, tidak ada "ritual" perang seperti ini. Namun, saya tidak tahu lagi apakah tradisi lebaran di Kota Lemang (julukan untuk kota Tebingtinggi) ini masih ada atau sudah punah.
Sebuah tradisi yang kita saksikan hanya saat mudik di kampung halaman mungkin saja masih bertahan atau mungkin saja sudah punah melewati tiga generasi. Yang tertinggal biasanya hanya kenangan dan syukur-syukur itu dituliskan sehingga lebih menguatkan ingatan. Karena itu, tuliskanlah kenangan saat mudik itu sebagai 0leh-oleh intelektual dan tinggalkan jejaknya secara digital karena siapa tahu ada generasi setelah kita yang membacanya dan membuat mereka mengenal sejarah kampung halamannya.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H