Tentu saja untuk mendukung Gernas Baku, produksi buku anak besar-besaran harus dilakukan. Itu mengapa saya membayangkan seandainya Presiden Jokowi menulis buku anak tentang kalajengking. Contohnya, buku berjudul Joko dan Kalajengking.Â
Ini bukan mengada-ada. Mantan Presiden Barack Obama pernah menulis buku untuk anak berjudul Of Thee I Sing: A Letter to My Daughters. Syekh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, Wakil Presiden Uni Emirat Arab dan Raja Dubai, menulis buku tentang dua tokoh pahlawan yang dibacakan saat peluncuran program Arab Reading Challenge.
Lagi, saya membayangkan buku itu dibacakan oleh Presiden pada Hari Buku Nasional, 17 Mei atau pada Bulan Kunjungan Perpustakaan, September. Cakep sekali. Presiden duduk di tengah anak-anak, lalu membacakan cerita kalajengking itu.
Si Joko hidup hanya berdua bersama kakeknya. Orangtuanya sudah lama meninggal, begitu pula neneknya. Neneknya meninggal karena tersengat kalajengking. Suatu hari Joko diminta oleh kakeknya untuk mencari kalajengking merah di hutan. Kalajengking itu akan diambil bisanya untuk obat sahabat kakeknya--seorang bekas panglima perang di tanah seberang.
 Si Joko masuk hutan dan mengalami berbagai peristiwa sebelum menemukan kalajengking berwarna merah. Ia berhasil mendapatkan bisa kalajengking. Sang panglima diobati dengan bisa dan sembuh. Lalu, Joko diberi hadiah seekor kuda oleh sahabat kakeknya itu.
Ini contoh cerita saja. Biarkan Pak Jokowi yang berkreasi, mengangkat kembali topik "kalajengking" secara ringan dan lucu daripada menjadi komoditas politik yang bikin kepala pening tujuh keliling seperti tersengat bisa kalajengking. Mari berfokus kembali membangun kekuatan literasi bangsa.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H