Menjelang senja di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, rombongan dua mobil singgah di Kebun Ilmu yang dibangun Yayasan Nurani Dunia. Di rumah kayu dengan arsitektur unik telah menanti Mas Imam B. Prasodjo--tokoh di balik "revolusi sosial" di desa terpencil tersebut.
Desa Cisarua serta beberapa desa lain yang kami kunjungi terletak di kaki Gunung Bongkok dan Gunung Parang. Perlu waktu 1,5-2 jam untuk mencapai tempat ini dari pintu tol Jatiluhur di Purbaleunyi. Pada tahun 2002, Yayasan Nurani Dunia yang dimotori suami-istri, Imam B. Prasodjo dan Gita Prasodjo, masuk ke desa ini dan menyelamatkan satu-satunya SD di sana yang nyaris ambruk. Tahun 2003, tiga orang menteri Kabinet Gotong Royong, yaitu Kwik Kian Gie, M. Jusuf Kalla, dan Malik Fadjar, berkunjung ke desa terpencil ini yang membuatnya langsung menjadi perbincangan nasional.
Sekira 65% penduduk di sana hanya tamatan SMP. Para lelaki yang menjadi kepala keluarga umumnya berprofesi sebagai tukang bangunan dan TKI sehingga lebih banyak merantau keluar daerahnya. Pendidikan sempat terpuruk di sini. Sampai kemudian direnovasi dua SD Negeri dengan bangunan mentereng yaitu SDN Cisarua dan SDN Tegalsari. Selain itu, pemerintah daerah setempat kemudian membangun SMP dan SMK Pertanian di sana.Â
Segera rombongan yang datang terlibat diskusi kecil dengan Mas Imam Prasodjo. Saya didamping tokoh penulis Indonesia, Mas Hernowo dan Tasaro GK serta ada juga Mas Agung dari Patra Niaga Pertamina. Kami melaporkan hasil kegiatan dua hari 4-5 November 2017 yaitu training of trainerbertajuk Penguatan Literasi Alam Kampung Ilmu (Pelangi) untuk guru-guru SD, SMP, dan SMK di desa tersebut.Â
Sebanyak lebih kurang 50 orang guru SD-SMP-SMK serta beberapa orangtua siswa di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta ini diberi pembekalan literasi. Melalui Hernowo, mereka mendapatkan materi "Quantum Reading" dan "Mengikat Makna". Melalui Tasaro GK, mereka mendapatkan materi "Menjadi Juru Cerita". Lalu, melalui saya, mereka mendapatkan materi "Guru Literat, Guru Hebat" dan "Membaca-Menulis Haiku".
Perbincangan saya dan Mas Imam Prasodjo berkembang pada rencana membuat writer's campdengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Yayasan Nurani Dunia (YND) di desa yang masih asri ini. Ada banyak titik tempat kegiatan bernama, seperti Kebun Ilmu, Rumah Ilmu (perpustakaan), Saung Sehat, Saung Kembar, dan Rumah Inspirasi. Jadi, bukan sekadar mimpi jika seorang Imam Prasodjo berniat merealisasikan tempat ini menjadi Kampung Ilmu--tempat orang berlatih aneka keterampilan berbasis alam, seperti peternakan dan pertanian, termasuk keterampilan seni, seperti melukis, musik, dan tentu saja menulis.
Gagasan soal penguatan daya literasi itu pun mencuat. Mas Imam ingin tempat ini juga digunakan untuk melatih para penulis-penulis bertalenta dalam bentuk writer's camp. Gayung bersambut, saya melalui Institut Penulis Indonesia dan Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia (Penpro) siap merealisasikan rencana tersebut. Suasana alam yang benar-benar kuat di daerah ini dapat menjadi tempat penggodogan para penulis yang sangat ideal.
Bayangkan tempat di kaki gunung ini masih dikeliling hutan yang asri. Pada satu titik maka akan ditemukan aliran Sungai Citarum yang menampakkan keindahan luar biasa. Seperti saat kami mendatanginya menjelang senja, ada halimun, gunung, sungai, dan perahu-perahu membentuk lukisan alam serasi dan harmoni.