Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melahirkan Penulis dari Kaki Gunung

6 November 2017   22:45 Diperbarui: 6 November 2017   23:37 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang senja di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, rombongan dua mobil singgah di Kebun Ilmu yang dibangun Yayasan Nurani Dunia. Di rumah kayu dengan arsitektur unik telah menanti Mas Imam B. Prasodjo--tokoh di balik "revolusi sosial" di desa terpencil tersebut.

Desa Cisarua serta beberapa desa lain yang kami kunjungi terletak di kaki Gunung Bongkok dan Gunung Parang. Perlu waktu 1,5-2 jam untuk mencapai tempat ini dari pintu tol Jatiluhur di Purbaleunyi. Pada tahun 2002, Yayasan Nurani Dunia yang dimotori suami-istri, Imam B. Prasodjo dan Gita Prasodjo, masuk ke desa ini dan menyelamatkan satu-satunya SD di sana yang nyaris ambruk. Tahun 2003, tiga orang menteri Kabinet Gotong Royong, yaitu Kwik Kian Gie, M. Jusuf Kalla, dan Malik Fadjar, berkunjung ke desa terpencil ini yang membuatnya langsung menjadi perbincangan nasional.

Sekira 65% penduduk di sana hanya tamatan SMP. Para lelaki yang menjadi kepala keluarga umumnya berprofesi sebagai tukang bangunan dan TKI sehingga lebih banyak merantau keluar daerahnya. Pendidikan sempat terpuruk di sini. Sampai kemudian direnovasi dua SD Negeri dengan bangunan mentereng yaitu SDN Cisarua dan SDN Tegalsari. Selain itu, pemerintah daerah setempat kemudian membangun SMP dan SMK Pertanian di sana. 

Segera rombongan yang datang terlibat diskusi kecil dengan Mas Imam Prasodjo. Saya didamping tokoh penulis Indonesia, Mas Hernowo dan Tasaro GK serta ada juga Mas Agung dari Patra Niaga Pertamina. Kami melaporkan hasil kegiatan dua hari 4-5 November 2017 yaitu training of trainerbertajuk Penguatan Literasi Alam Kampung Ilmu (Pelangi) untuk guru-guru SD, SMP, dan SMK di desa tersebut. 

Sebanyak lebih kurang 50 orang guru SD-SMP-SMK serta beberapa orangtua siswa di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta ini diberi pembekalan literasi. Melalui Hernowo, mereka mendapatkan materi "Quantum Reading" dan "Mengikat Makna". Melalui Tasaro GK, mereka mendapatkan materi "Menjadi Juru Cerita". Lalu, melalui saya, mereka mendapatkan materi "Guru Literat, Guru Hebat" dan "Membaca-Menulis Haiku".

Hernowo sedang memberikan materi Mengikat Makna kepada guru-guru. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Hernowo sedang memberikan materi Mengikat Makna kepada guru-guru. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Pendeknya, para guru tersebut dibuat takjub tentang keajaiban daya literasi. Tidak lupa pada setiap kelas untuk SD, diserahkan sumbangan satu kontainer buku masing-masing berisikan 40 judul buku. Sengaja kami pilihkan buku-buku terbaik dari para penulis dan penerbit di Indonesia. Tentu saja sumbangan ini tidak terlepas dari sokongan Patra Niaga Pertamina lewat program CSR-nya yang menyasar pada penguatan daya literasi. 

Perbincangan saya dan Mas Imam Prasodjo berkembang pada rencana membuat writer's campdengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Yayasan Nurani Dunia (YND) di desa yang masih asri ini. Ada banyak titik tempat kegiatan bernama, seperti Kebun Ilmu, Rumah Ilmu (perpustakaan), Saung Sehat, Saung Kembar, dan Rumah Inspirasi. Jadi, bukan sekadar mimpi jika seorang Imam Prasodjo berniat merealisasikan tempat ini menjadi Kampung Ilmu--tempat orang berlatih aneka keterampilan berbasis alam, seperti peternakan dan pertanian, termasuk keterampilan seni, seperti melukis, musik, dan tentu saja menulis.

Gagasan soal penguatan daya literasi itu pun mencuat. Mas Imam ingin tempat ini juga digunakan untuk melatih para penulis-penulis bertalenta dalam bentuk writer's camp. Gayung bersambut, saya melalui Institut Penulis Indonesia dan Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia (Penpro) siap merealisasikan rencana tersebut. Suasana alam yang benar-benar kuat di daerah ini dapat menjadi tempat penggodogan para penulis yang sangat ideal.

Bayangkan tempat di kaki gunung ini masih dikeliling hutan yang asri. Pada satu titik maka akan ditemukan aliran Sungai Citarum yang menampakkan keindahan luar biasa. Seperti saat kami mendatanginya menjelang senja, ada halimun, gunung, sungai, dan perahu-perahu membentuk lukisan alam serasi dan harmoni.

Sungai Citarum ditemukan setelah melewati hutan dan beberapa desa. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Sungai Citarum ditemukan setelah melewati hutan dan beberapa desa. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Desa-desa di sini juga sudah tertata rapi dengan jalan-jalan beton dan beraspal. Namun, hanya satu sinyal yang berjaya diakses ponsel di sini. Seperti saya sebutkan tadi, Yayasan Nurani Dunia (YND) telah membangun fasilitas-fasilitas yang representatif dalam bentuk saung-saung berarsitektur unik dan juga adanya area berkemah (camping ground). Saung-saung itu fullcolokan listrik, yang menandakan Mas Imam, sang arsitek dadakan, paham betul dengan kebutuhan "kids zaman now".

Saung atau Rumah Sehat, salah satu fasilitas yang dibangun YND. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Saung atau Rumah Sehat, salah satu fasilitas yang dibangun YND. (Foto: Institut Penulis Indonesia)
Pengunjung juga dapat menikmati, bahkan terlibat langsung dalam aktivitas peternakan lele, cacing sutra, burung puyuh, dan kambing perah yang dikembangkan YND. Ada juga perpustakaan yang menyediakan buku-buku keterampilan.  Lalu, yang paling ampuh melenyapkan kejenuhan adalah pemandangan alam nan rancak. Jika punya cukup energi dan nyali, boleh juga menjajal panjat tebing. Sekadar informasi, desa ini dipenuhi tebaran batu-batu yang ukurannya terkadang sebesar mobil. Semuanya yang terlihat instagramable.

Hamparan batu-batu di Desa Cisarua dan sekitarnya. (Foto: Bambang Trim)
Hamparan batu-batu di Desa Cisarua dan sekitarnya. (Foto: Bambang Trim)
Pendeknya, Yayasan Nurani Dunia bersama Institut Penulis Indonesia, Penpro, dengan dukungan Patra Niaga Pertamina, bersiap menggelar kegiatan pembangunan kapasitas membaca dan menulis paling tidak selama sepekan di desa terpencil ini--meskipun kini tidak terpencil amat. Di sinilah para calon penulis dapat mengoptimalkan kapasitas di dalam dirinya yang saya sebut PRIN (pikiran-rasa-indra-naluri).

Kelas yang akan dibuka adalah untuk fiksi dan nonfiksi. Para penulis akan diajak melintasi alam, menemukan gagasan-gagasan brilian, dan menuliskannya dengan cara-cara terbaik. Karena itu, pagi-siang-malam di Desa Cisarua dan sekitarnya ini akan menjadi hari-hari bermakna penuh literasi. Alhasil, semoga lahir para penulis-penulis andal dan kegiatan semacam ini dapat dicangkokkan di tempat-tempat lain di seluruh Indonesia yang memiliki kekayaan dan keindahan alam setara.

Literasi memang harus dimulai dari kesadaran. Kesadaran bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan kapasitas luar biasa; bahwa alam diciptakan Tuhan untuk manusia dengan pemanfaatan sebaik-baiknya. Pada ujungnya literasi adalah daya atau kapasitas diri manusia yang dapat menyempurnakan tujuan hidup hakiki yaitu menjadi sebaik-baik manusia. Manusia yang paling bermanfaat untuk sesamanya dan makhluk lain di dunia ini.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun