Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Buku-buku yang (Tampak) Abadi

19 Juli 2016   21:28 Diperbarui: 20 Juli 2016   06:05 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Benarlah bahwa menulis buku itu ampuh untuk mengukirkan nama pengarang/penulisnya pada dinding sejarah. Meski pengarang/penulis telah tiada, karyanya dapat hidup terus hingga tampak abadi. Tampak abadi, bukan 'tetap abadi' karena abadi itu kekal dan tidak berkesudahan sehingga tidak memerlukan kata 'tetap'. Adapun 'tampak' berarti sampai sejauh ini belum hilang dari peredaran.

Saya ingin mengulas beberapa buku yang masih bertahan hingga kini karya pengarang/penulis lokal. Abadi di sini dikategorikan sebagai buku nonreferensi. Artinya, saya tidak membahas buku referensi seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) Poerwadarminta yang masih "hidup" sampai sekarang, atau model Buku Pintar Iwan Gayo yang pernah sangat fenomenal dan masih tetap dicetak ulang hingga kini. 

Tampak abadi juga mengabaikan buku-buku lama yang hilang, lalu dihidupkan kembali oleh penerbit atau ahli warisnya. Fenomena tersebut sudah banyak terjadi dan dilakukan penerbit Indonesia.  Contohnya novel Lupus karya Hilman Hariwijaya yang meledak pada akhir 1980-an, pernah dicoba untuk dihidupkan kembali pada masa kini. Begitu juga karya-karya Pujangga Baru yang diterbitkan ulang.

Saya mulai dari jajaran buku religi yang memang berpotensi memiliki umur panjang atau evergreeen. Buku religi Islam berdasarkan data dari jaringan toko buku terbesar di Indonesia masih menempati urutan kedua setelah buku anak dalam beberapa kurun waktu terakhir. Karena itu, di luar soal gagasan berdakwah, buku religi Islam memang menjanjikan pasar yang luar biasa di Indonesia.

Buku Pengajaran Shalat 

Buku yang tampak abadi paling lama bertahan kini adalah Pengajaran Shalat karya A. Hassan, seorang ulama yang menyebut dirinya di dalam kover buku sebagai guru Persatuan Islam (Persis). Dokumen buku yang ditemukan di dalam mesin pencari menunjukkan buku cetakan kedua terbit pada tahun 1929. Artinya, buku cetakan pertama mungkin lebih awal dari tahun 1929. 

Berdasarkan riwayatnya, ayah A. Hassan adalah seorang pedagang dan wartawan. Ia sangat menginginkan anaknya juga menjadi penulis seperti dirinya. A. Hassan yang menghabiskan masa kecil dan remaja di Singapura menekuni pendidikan agama. Bakat menulisnya terasah ketika ia bekerja di media Utusan Melayu. Nasib kemudian membawanya hijrah ke Surabaya dan mengembangkan perniagaan. Lalu, ia belajar menenun di Bandung hingga akhirnya menetap di Bandung dan didaulat sebagai guru Persatuan Islam pada tahun 1925. 

Buku Pengajaran Shalat berarti ditulis saat beliau berada di Bandung. Selain buku yang terus hidup itu, karya lainnya adalah Tafsir Al-Furqan, Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid), dan Terjemah Bulughul Maram. Buku Pengajaran Shalat diterbitkan atas nama Persis. Namun, saya menduga A. Hassan mengusahakan sendiri penerbitannya alias self-publishing sebab tercatat beliau memiliki usaha percetakan.

Versi terkini buku Pengajaran Shalat diterbitkan penerbit tua CV Penerbit Diponegoro, Bandung. Secara usia, buku ini telah bertahan selama 90 tahun!

Buku Risalah Tuntunan Shalat

Buku religi Islam sejenis yang juga mencetak hits dan terjual sampai kini adalah buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap karya Drs. Moh. Rivai. Buku ini terbit kali pertama tahun 1976 dan masih tetap dicetak ulang hingga kini, bahkan dengan tetap menggunakan desain kover kali pertama terbit. Buku ini konon sudah dicetak ratusan kali karena penerbitnya Toha Putra Semarang tidak memiliki data saking seringnya mencetak ulang.

Besarnya pasar buku ini memang didorong penggunanya dari kalangan siswa SD hingga SMA sebagai buku pelengkap pemelajaran Pendidikan Agama Islam. Wajar jika berulang cetak terus diserap ribuan hingga jutaan orang  di Indonesia.  Mengapa diburu? Harganya juga sangat ekonomis hanya Rp5.000,00!

Tidak ada informasi tentang riwayat penulisnya, Drs. Moh. Rifai tersebut. Mungkin saat ditulis, buku ini tidak pernah diprediksi akan terus cetak ulang. Penerbit Toha Putra sendiri dikenal sebagai penerbit tua spesialis mencetak al-Quran dan masih bertahan hingga kini, sama dengan Penerbit Diponegori di Bandung.

Buku Dasar-Dasar Ilmu Politik

Buku dari jenis buku teks perguruan tinggi yang tampak abadi adalah Dasar-Dasar Ilmu Politik karya Prof. Miriam Budiardjo. Ini buku fenomenal yang ditulis seorang profesor perempuan tentang ilmu politik di tengah dominasi kaum lelaki di ranah tersebut. Buku bersampul biru itu selalu nampang di rak buku sosial politik dan pada terbitan terbaru hanya terjadi sentuhan sedikit pada desain serta ukuran.

Buku DDIP terbit perdana pada 1977, lalu dicetak ulang dan direvisi karena masih digunakan dan dibeli para mahasiswa ataupun dosen hingga kini sebagai buku ajar standar tentang ilmu politik. Buku yang berarti sudah bertahan selama 39 tahun ini pada 2016, cetakannya sudah melebihi angka 30 kali dari penerbit yang sama yaitu Gramedia. Prof. Miriam sendiri meninggal tahun 2007 dalam usia 83 tahun. 

Revisi buku sempat dilakukan oleh tim yang merupakan murid-murid beliau semasa kuliah karena sang penulis sudah uzur. "Tradisi" merevisi sebuah buku yang bertahan terus-menerus dengan melibatkan anak, cucu, atau murid-murid penulis memang lazim berlaku. Tradisi yang sangat baik saya kira demi terus menghidupkan buku dan memasukkan pembaruan.

Buku klasik Dale Carnegie muncul versi terkininya berjudul  How to Win Friends and Influence People in the Digital Age. Revisi dilakukan sebuah tim yang disebut Associates.

Buku Komposisi

Mereka yang belajar karya tulis ilmiah, terutama era 1970-an pasti kenal betul dengan buku Komposisi karya pakar bahasa Indonesia, Gorys Keraf. Buku ini terbit perdana tahun 1971 oleh penerbit tua yaitu Penerbit Ende di Flores. Mungkin Penerbit Ende satu-satunya penerbit di luar Pulau Jawa yang memiliki buku laris tingkat nasional.

Sepeninjauan saya ketika membaca banyak buku tentang menulis karya tulis ilmiah (KTI), posisi Komposisi tidak tergantikan sampai saat ini dari kelengkapan dan detail pembahasan. Buku ini masih digunakan dalam pemelajaran penulisan KTI di kampus-kampus Indonesia. Usia buku ini berarti sudah 45 tahun. Gorys Keraf sendiri meninggal tahun 1997.

Amalan Tanpa Putus dan Royalti untuk Ahli Waris

Selain keempat buku yang disajikan sebenarnya masih ada beberapa buku yang tetap 'hidup' sampai sekarang, seperti buku religi karya Buya Hamka berjudul Tasauf Modern yang masih memiliki pembaca setia hingga kini, termasuk di negeri jiran Malaysia. Ada lagi buku fenomenal Metode Iqro karya K.H. As’ad Humam yang kali pertaman terbit tahun 1988 dan sampai kini terus digunakan anak-anak sekolah untuk belajar membaca Quran. 

Pada kategori buku teks atau buku ajar perguruan tinggi juga masih ada beberapa buku yang menjadi babon mata kuliah tertentu. Sebut saja seperti Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat. Untuk buku pelajaran di tingkat sekolah dasar, buku pelajaran bahasa Indonesia karya Siti Rahmani Rauf (yang baru meninggal tahun ini) pernah menjadi buku terlaris dan konten "ini Budi" menancap kuat pada benak anak-anak Indonesia kurun waktu1980-1990.

Para pengarang/penulis yang berhasil menulis buku tampak abadi itu takpelak lagi telah menghasilkan amalan tanpa putus selama buku mereka masih dibaca dan memberi manfaat bagi banyak orang. Tidak hanya itu, buku mereka juga masih memberikan rezeki kepada anak, cucu, bahkan cicit mereka melalui royalti. Dalam UU Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 tersebut aturan baru bahwa sebuah karya menjadi domain publik (milik publik) apabila karya tersebut sudah berumur 70 tahun terhitung sejak penulisnya meninggal. 

Buku Prof. Miriam baru menjadi domain publik pada tahun 2078. Jadi, masih lama sekali dan saya perkirakan buku ini masih akan bertahan lebih dari 20 tahun lagi.

Sayang saya belum menemukan data buku anak karya penulis Indonesia yang mampu bertahan melewati zaman. Artinya, digunakan sebagai buku standar misalnya dalam pemelajaran literasi di sekolah-sekolah. Ya, mungkin tulisan ini tidak akan berhenti sampai di sini. Memang perlu sebuah riset yang lengkap untuk meneliti buku-buku Indonesia yang mampu mendapat predikat tampak abadi hingga dicetak berulang kali.

Kita tidak dapat menafikan kedigdayaan sebuah buku sebagai media pemelajaran, bahkan hingga era digital kini. Penghasil konten buku tetap dicari, industri buku tetap diperlukan kehadirannya. Namun, soal buku ini memang belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah terbukti "terbengkalainya" RUU Sistem Perbukuan Nasional hingga kini di DPR. Regulasi terhadap buku diperlukan untuk menyelamatkan industri perbukuan nasional, termasuk menyelamatkan komponen industri seperti penulis dan editor. Semoga saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun