Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menyambut Tarzan, Mengenang Burroughs

17 Juli 2016   18:41 Diperbarui: 19 Juli 2016   00:38 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tarzan telah kembali. Sosoknya kini diwakili oleh Alexander Skarsgard, aktor kelahiran Swedia yang tampil memukau. Film "The Legend of Tarzan" versi kesekian ini resmi diluncurkan Juli 2016 dan juga sudah mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Totalitas Skarsgard--pemeran beberapa serial TV ini--dalam "The Legend of Tarzan" juga didorong oleh keinginan membahagiakan sang ayah yang menjadi fans berat Tarzan.

Auooo ... Suara Tarzan melengking, mengagetkan Jane dan seisi rimba. Itulah gambaran kisah Tarzan dan Jane dalam romantisme rimba Afrika. 

Apakah Anda juga fans berat Tarzan? Anda masih ingat siapa "bapak" yang melahirkan Tarzan? Jelas, bukan Srimulat. Nama lengkap "bapak" Tarzan adalah Edgar Rice Burroughs (1875-1950). Burroughs terpaksa menjadi penulis karena dorongan memenuhi kebutuhan dasar, seperti yang pernah diungkapkannya. Ia menulis untuk lepas dari kemiskinan.

Sebelumnya ia bekerja serabutan. Catatan sejarah menyebutkan Burroughs pernah menjadi koboi di Idaho, penambang emas di Oregon, dan polisi untuk jalan kereta api di Utah. Bahkan, ia pun nekat menjadi akuntan meski tidak tahu akuntansi. Dia juga pernah membuka usaha sendiri, tetapi sekali lagi gagal. 

Suatu ketika Burroughs menerima pekerjaan sebagai agen penjual serutan pensil. Sambil menunggu anak buahnya menyebarkan dan menjual serutan itu, ia pun menulis. Memori cerita-cerita dari majalah picisan yang pernah dibacanya ternyata melekat. Ia merasa mampu membuat cerita yang disebutnya sekadar bualan penghasil uang. 

Alhasil, Burroughs menulis cerita demi mendapatkan uang.

"Saya menulis bukan karena ada dorongan untuk menulis, atau kecintaan terhadap menulis, melainkan karena saya sudah beristri serta memiliki dua anak. Tanpa uang, semuanya akan berantakan."

Tarzan kemudian menjadi tonggak karya yang menyelamatkan hidupnya meskipun bukan sebagai karya perdananya. Karya pertamanya adalah Dejah Thoris, Pricess of Mars yang mengisahkan petualangan John Carter di Planet Mars. Karya ini secara serial (Barsoom) dibeli oleh majalah All-Story seharga 400 dolar. Bukan main girangnya Burroughs. Cerita ini juga pernah diangkat ke layar lebar dengan judul "John Carter" tahun 2012.

Jalan hidup menulis kala menginjak usia 35 tahun itu rupanya menjadi pilihan Burroughs selanjutnya. Ia lalu bekerja pada sebuah majalah dan mulai menulis Tarzan of the Apes. Ia mengetikkannya di belakang kertas surat dan kertas tak terpakai lainnya. Tarzan dihargai 700 dolar oleh majalah All-Story. Itu terjadi tahun 1912 dan sejak itu Burroughs memutuskan menjadi full-time writer. 

Jangan dikira kemudian Burroughs sukses juga merambah dunia buku. Cerita Tarzan adalah cerita serial yang dimuat di majalah, belum berbentuk buku. Lalu, Burroughs mencoba peruntungannya pada buku. Hasilnya, penerbit terkemuka di Amerika dan 13 penerbit di Inggris menolaknya. Tarzan lalu ditampung di sebuah koran bernama Evening World dan berlanjut ke koran-koran lainnya. Tarzan segera saja menjadi populer dan lekat di hati pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun