Lebaran telah berkali-kali kita alami dan ucapan maaf telah berkali-kali juga terlontar dari pikiran dan perasaan kita untuk merayakan Hari Kemenangan. Namun, dosa dan perbuatan menzalimi orang, baik disengaja ataupun tidak, juga dapat berkali-kali kita lakukan dengan mengingat stok maaf tidaklah akan pernah habis. Bahkan, setelah nyawa melayang dari tubuh, keluarga kita pun berusaha meminta keikhlasan mereka yang pernah tersakiti untuk memberikan maaf kepada kita demi mengamankan perhitungan pada Hari Akhir kelak.
Kata sahibul hikayat, bangsa Indonesia adalah bangsa pemaaf. Semestinya demikian jika melihat "kreativitas" meminta maaf pada saat lebaran yang stoknya tidak pernah habis pasca Lebaran, harganya pun tak pula naik seperti komoditas daging sapi dan sayuran. Meski "maaf-maaf" KW ada yang diperdagangkan, maaf orisinal tidak dapat dihargai dengan uang.
Lebaran usai, stok maaf masih berlimpah. Semoga kita dapat menemukan maaf orisinal yang dapat menaikkan derajat kemanusiaan kita. Berbuat kesalahan dan meminta maaf adalah kewajaran, sedangkan memberi maaf adalah manusiawi. Karena itu, nilai memberi maaf sangatlah tinggi di mata manusia, bahkan di mata Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI