Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wujudkan Keajaiban 3M Hari Pertama Sekolah

10 Juli 2016   09:04 Diperbarui: 10 Juli 2016   09:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rencana mengantar anak ke sekolah dapat dilakukan beberapa hari sebelumnya. Lalu, sehari sebelumnya orangtua dapat mengajak anak berdialog tentang kemungkinan-kemungkinan menyenangkan yang akan mereka temukan pada hari pertama di sekolah. Orangtua dapat menceritakan kisah masa lalu ketika kali pertama bersekolah sehingga memberi semangat secara tidak langsung kepada anak. Boleh juga beberapa hari sebelum hari pertama, orangtua mengajak anak untuk melihat-lihat bangunan dan lingkungan sekolah yang bakal menjadi tempatnya belajar.

Kedua, mengenal sebagai upaya memahami tempat menitipkan pendidikan anak saya serta lingkungan belajarnya. Tidak hanya objek benda mati yang patut dikenali, tetapi juga "manusia-manusia" di sekolah yang terdiri atas kepala sekolah, wali kelas, guru, peserta didik, pegawai sekolah, dan sesama orangtua peserta didik. Secara konsep, hal yang perlu dikenali juga adalah kurikulum yang diterapkan di sekolah--seperti apa kelebihan dan kekurangannya. Terakhir, patut juga mengenali fasilitas-fasilitas yang tersedia di sekolah (kantin, perpustakaan, tempat ibadah, toilet, dan lain-lain) berikut kegiatan ekstrakurikulernya serta jam belajar--beberapa sekolah menerapkan konsep full day sehingga anak berada lebih lama di sekolah.

Ketiga, menginstal sebagai dukungan orangtua terhadap sekolah dengan salah satunya cara bertanya kepada anak pengalaman hari pertamanya di sekolah serta hari-hari berikutnya. Konteks menginstal di sini adalah menginstal informasi empirik (pengalaman sehari-hari) anak di sekolah sebagai catatan bagi orangtua. Dialog dan peran aktif orangtua menjadi penting guna turut juga menginstal antusiasme tentang berbagai kejadian di sekolah. Orangtua dapat bertanya tentang mata pelajaran yang mereka sukai, siapa gurunya, siapa teman sebangku anak, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Kegiatan menginstal memang mengibaratkan diri orangtua sebagai komputer yang memerlukan operating system dan aplikasi. Kita tidak bermain-main dengan pendidikan anak, di mana pun ia disekolahkan. Layaknya komputer, updating atau pembaruan menjadi sangat penting dari waktu ke waktu untuk memantau pendidikan anak di sekolah. Jika ada hal yang tidak beres, sistem peringatan dini pun dapat diaktifkan sehingga anak dapat diberi jalan keluar dari permasalahannya.

Sebagai contoh, Valya anak saya pernah mengalami kesulitan soal menu makanan yang dihidangkan di sekolah karena memang sekolahnya menyediakan makan siang. Sebagian besar menu makanan tidak ia sukai sehingga ia urung makan. Informasi ini menjadi pegangan bagi kami orangtuanya untuk mendiskusikannya dengan guru. Perubahan budaya dari budaya Sunda ke Jawa mungkin berpengaruh juga pada soal selera makan, apalagi saya dan mamanya memang "pemburu kuliner" aktif, termasuk masakan Padang yang menjadi favorit saya. Mungkin Valya terbawa-bawa pada selera asin dan pedas yang diinstal papa mamanya.

***

Itulah kenangan hari pertama sekolah Valya di SD yang masih terekam dalam benak saya. Hanya setahun Valya menikmati SD di Solo karena tahun berikutnya saya memboyongnya kembali ke Cimahi, Jawa Barat. Ia saya masukkan ke madrasah ibtidaiyah yang berkonsep full day school dengan jarak tempuh hanya tujuh menit dari rumah. Sungguh saya berempati bagaimana ia harus kembali beradaptasi dengan lingkungan baru dan budaya lamanya. Saya kembali mengantarkannya memasuki hari pertama berpindah sekolah bersama mamanya dan mengulang aplikasi rumus 3M. 

Tahun depan saya sudah bersiap mengantarkannya ke SMP dan adiknya yang berjarak 10 tahun dari usia Valya ke TK. Momen mengantar hari pertama anak ke sekolah adalah momentum penuh keajaiban dan keberkahan bagi saya. Karena itu, berbahagialah orangtua yang mampu memperjuangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun