Lepas hari keempat lebaran 1437 H, saya bertanya kepada Valya, putri sulung saya yang akan memasuki bangku SD kelas VI, "Tanggal berapa masuk sekolah?"
Mamanya langsung menyahut, "Tanggal 18 Juli!"
Saya berharap pada tanggal itu tidak ada pekerjaan harus keluar rumah agar dapat mengantarkannya memasuki bangku terakhir di sekolah dasar, tepatnya di sekolahnya sekarang, sebuah madrasah ibtidaiyah di kota Cimahi. Masih terbayang ingatan kali pertama mengantarkannya bersekolah di SD. Valya sempat mengenyam pendidikan TK setahun di Cimahi, lalu saya memboyongnya berpindah ke Surakarta (Solo) karena pekerjaan baru. Ia pun melanjutkan pendidikan TK B di Solo.
Ada fase yang harus dilalui anak sekecil itu, terutama soal budaya yang berbeda dari budaya Sunda ke budaya Jawa. Setahun di TK, logatnya mulai berubah menggunakan beberapa kosakata bahasa Jawa. Ia diwisuda TK pada bulan Mei 2010. Kemudian, saya daftarkan Valya ke SD swasta bernama Al Firdaus yang berada di jantung kota Solo. Jaraknya dari kantor saya dapat ditempuh dalam waktu kurang dari lima menit. SD ini dimiliki oleh pengusaha pribumi Solo, pendiri Penerbit Tiga Serangkai, tempat saya bekerja pada saat itu.
Hari pertama Valya masuk SD sudah saya niatkan untuk mengantarkan bersama mamanya. Saya ingin melihat antusiasme dan responsnya memasuki sekolah baru bersua teman-teman baru, guru-guru baru, dan juga tentunya lingkungan baru. Pengalaman terdahulu ketika Valya dimasukkan ke kelompok bermain di Bandung, hanya sehari ia ditemani mamanya. Selanjutnya, ia sudah berani ditinggal sendiri meskipun anak ini terkenal pemalu. Dalam diri Valya memang kami tanamkan rasa percaya diri sejak dini.
Momen hari pertama Valya masuk SD sempat saya abadikan melalui kamera ponsel. Namun, ketika saya cari, entah terselip di mana. Saat itu para peserta didik (siswa) dibariskan di lapangan. Disambut oleh kepala sekolah dan para guru, lalu diberi wejangan. Selepas itu mereka satu per satu berjalan menyalami dan mencium tangan para guru, lalu masuk ke kelas masing-masing. Para orangtua juga tampak antusias mengabadikan momen itu melalui kamera, terutama orangtua-orangtua siswa kelas 1 SD. Rupaya momen mengantar anak hari pertama sekolah ini juga tidak dilewatkan banyak orangtua. Namun, memang jarang ada yang dapat datang berdua suami-istri karena tampaknya mereka masih harus berbagi tugas. Beruntung saya dapat datang bersama istri memberi semangat kepada anak semata wayang saya yang kala itu belum memiliki adik.
Senang saya mengamati satu per satu wajah teman-teman Valya. Ada yang tampak sangat ceria, ada pula yang tampak bingung, serta ada yang tampak memendam rasa ingin tahu; kira-kira ada apa gerangan nanti di kelas? Baju baru, sepatu baru, dan tas baru hanya sebagai atribut yang menguatkan identitas mereka. Namun, sejatinya pada anak-anak kecil itu yang terpenting adalah pengalaman baru bersekolah dan teman-teman baru. Adapun bagi para orangtua adalah harapan anaknya mampu beradaptasi serta berinteraksi dengan lingkungan baru sebagai titian kecerdasan paling penting di samping tentunya kegemilangan mengikuti pembelajaran.
Usai mengamati satu per satu wajah anak-anak yang polos itu, saya pun mengamati wajah-wajah para guru untuk mengenali kearifan dari sosok mereka. Saya juga mengamati para orangtua lainnya, bertegur sapa dengan sesama orangtua yang anaknya baru masuk SD, dan terakhir adalah mengamati bangunan sekolah serta lingkungan yang ada. Pepatah "tak kenal maka tak sayang" masihlah ampuh untuk memberi informasi yang cukup ke dalam memori benak saya sebagai orangtua.
Saya ikut mengantarkannya memasuki kelas, di situlah kami orangtuanya mendapatkan informasi siapa yang menjadi wali kelas anak kami, lalu berkenalan untuk menitipkan Valya kepadanya. Kalau sekarang, para orangtua dan guru berkomunikasi melalui grup BBM dan WA. Pada masa itu sebelum grup media sosial merebak seperti sekarang, cukuplah nomor ponsel menjadi pegangan kami.
3 M Hari Pertama Sekolah
Rumusnya bagi saya dan istri sederhana saja untuk hari pertama sekolah itu yaitu 3 M. Pertama, mengantar sebagai kegiatan penting yang didengungkan Mendikbud Anies akhir-akhir ini, terutama pada anak-anak yang mengalami hari pertama bersekolah. Kehadiran orangtua mengantar anak-anaknya ke sekolah sangat membantu membangun rasa percaya diri anak pada lingkungan baru. Bagaimanapun anak-anak kecil itu masih merasa nyaman jika orangtuanya berada di dekatnya.Â