Periuk Nasi dari Menulis
Saya sudah menggantungkan hidup sepenuhnya dari soal menulis ini sejak awal tahun 2012–tak lagi menjadi karyawan. Penghasilan utama saya banyak ditopang dari pekerjaan sebagai pembicara publik dan konsultan penulisan-penerbitan untuk lembaga pemerintah dan perusahaan swasta. Sekali-sekali saya bekerja untuk klien perseorangan.
Alih-alih bekerja sendiri, saya pun mendirikan bidang usaha berbadan hukum untuk layanan penulisan-penerbitan. Saya melihat kebutuhan ini di tengah kecenderungan industri buku yang kurang bergairah sejak 2-3 tahun terakhir ini dari sisi pendapatan. Sulit sekali mengangkat sebuah buku, kecuali dengan keaktifannya penulisnya menjual dalam training atau seminar-seminar. Penerbit tidak punya kekuatan pendanaan untuk promosi judul per judul.
Jadi, yang saya lihat adalah para penulis perseorangan yang ingin eksis menulis buku bukan untuk tujuan penjualan besar-besaran. Kedua, yang saya lihat lembaga pemerintah dan lembaga swasta yang masih kepayahan untuk menerbitkan sebuah buku secara profesional. Ketiga, adalah lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi, yang masih "miskin" menghasilkan dosen-dosen penulis buku.
Saya mengisi “periuk nasi” ini dari memberi pelatihan dan memberikan konsultasi-pendampingan sampai seseorang mampu menghasilkan karyanya. Saya tidak lagi menggantungkan dari menulis buku meskipun sampai kini saya masih terus menambah portofolio penulisan buku.
***
Beruntung di negeri ini angka penghasilan per tahun seperti penulis di Inggris itu adalah sesuatu yang masih mungkin diperoleh. Namun, itu tidak bisa bergantung pada menulis buku untuk penerbit. Entah sampai kapan itu bisa diharapkan, kecuali tadi saya sebut, Anda menulis buku pelajaran yang potensi pasarnya sudah jelas: jutaan siswa di Indonesia. Atau Anda beruntung menjadi penulis best seller selanjutnya– tentu best seller yang sebenarnya bukan abal-abal.
Mau tahu banyak lagi? Anda harus menyempatkan diri sekali waktu mengikuti kelas saya di kampus Trimuvi (MUVI Learning Center), tepatnya di Cimahi, Bandung. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H