Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Meninggal

14 Juli 2024   19:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   19:01 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Meninggal

 

Tengah malam, anak muda itu berjalan hilir mudik melewati warung kopi Pak Dul. Entah sudah berapa kali dia bolak-balik melewati warung kopi Pak Dul. Di depan warung Pak Dul dia berhenti. Dia nampak bingung seperti sedang mencari sesuatu tetapi tidak ketemu. Penampilannya seperti santri, mengenakan sarung dan pakai peci.

"Mencari siapa mas?" kata seorang warga yang datang mendekati anak muda tersebut, setelah mengamati dari kejauhan terkait mondar-mandirnya anak muda tersebut di depan warung kopi Pak Dul.

"Saya mencari Pak Dul dan mau ngopi di warung Pak Dul, Pak"

"Pak Dul sudah meninggal seminggu yang lalu mas"

"Tapi dua hari yang lalu saya bertemu Pak Dul dan ngopi di sini Pak." Anak muda tersebut tidak percaya kalau Pak Dul sudah meninggal seminggu yang lalu.  

"Petang tadi saya hadir di acara tujuh harinya yang terakhir mas. Pada saat pemakaman almarhum, saya juga hadir mas. Almarhum Pak Dul juga di makamkan di kuburan di samping warung ini mas."

"Maaf Pak, bukannya saya tidak percaya tentang sudah meninggalnya Pak Dul, tapi saya juga tidak berbohong bahwa dua hari yang lalu tepatnya tengah malam seperti ini saya bertemu Pak Dul dan ngopi di sini"

"Baik mas tidak apa-apa karena segala sesuatu bisa saja mungkin terjadi. Mari mas kita sambil duduk di warung kopi milik almarhum, biar ngobrolnya sambil duduk santai, tidak berdiri" Kemudian mereka berdua menuju tempat duduk untuk melanjutkan pembicaraan lagi. Mereka juga saling mengenalkan nama diri. Anak muda tersebut bernama Sodik mengaku salah seorang santri dari Sidogiri, sedangkan warga yang menemui Mas Sodik tersebut bernama Dibyo biasa dipanggil Pak Dibyo.

"Ayo Mas Sodik kita lanjutkan lagi pembicaraan kita yang belum selesai terutama tentang pertemuan Mas Sodik dengan almarhum Pak Dul di warung kopi ini" Pak Sodik sangat antusias, penasaran, dan ingin tahu kisah nyata yang unik dan sangat aneh yang telah dialami oleh Mas Sodik karena dia telah bertemu dengan orang yang sebenarnya sudah meninggal dunia.  

"Baik Pak Dibyo dengan senang hati saya akan menceritakannya."

Mas Sodik kemudian bercerita bahwa pada tengah malam tersebut kebetulan pembelinya hanya dia seorang. Pak Dul juga ikut ngopi dan duduk berhadap-hadapan dengan Mas Sodik. Kata Mas Sodik, saat itu Pak Dul lebih banyak berbicara daripada dirinya. Pak Dul sepertinya sedang menyimpan perasaan menyesal karena telah mengabaikan atau tidak mempedulikan seseorang yang telah berbuat sangat baik kepadanya. Nama sesorang yang sering almarhum sebutkan yaitu Mbah Soleh. Dan ada satu lagi nama label parfum yang sempat almarhum sebutkan yaitu Malaikat Subuh. Kata Pak Dul, ada perubahan besar yang terjadi setelah menghirup bau wangi "Malaikat Subuh" tersebut, jiwanya tergugah menjadi ingat selalu kepada Gusti.

Setelah kisah pertemuan Mas Sodik dan almarhum Pak Dul sudah selesai diceritakan semuanya kepada Pak Dibyo, kemudian Mas Sodik meminta tolong Pak Dibyo untuk menunjukkan tempat persisnya almarhum Pak Dul dimakamkan.

Pak Dibyo pun dengan senang hati menunjukkan tempat persisnya almarhum Pak Dul dimakamkan. Di atas makam tersebut, mereka berdua khusuk mendoakan almarhum Pak Dul.

Selesai berdoa terbersit niat baik yang tiba-tiba muncul di hati Mas Sodik. Niat baik untuk mencari Mbah Soleh di manapun Mbah Soleh berada. Demi menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam atau permohonan maaf yang sebesar-besarnya dari almarhum Pak Dul yang belum sempat tersampaikan kepada Mbah Soleh.

(meninggal, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk sekelebat cerpen yang berjudul Meninggal. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun