Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Kabar Indah

20 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 20 Maret 2024   08:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Kabar Indah

Kami isi waktu menunggu selesainya masalah Indah ini dengan rencana-rencana yang berfaedah.

Rencana pernikahan saya dan Indah juga sudah kami diskusikan. Hanya masalah waktunya saja yang belum bisa kami tetapkan secara pasti, sebab masih belum tahu kapan kasusnya Indah selesai.

Cuma sebagai patokan rencana menikah,  kami menyepakati paling lama enam bulan setelah kasusnya Indah selesai.

Pelaksanaan pernikahan akan dilaksanakan di dua tempat yaitu pertama di Pekalongan, di rumah mempelai putri, lalu  seminggu kemudian di Pasuruan, di rumah mempelai putra.

Seminggu setelah acara penikahan di Pasuruan, saya dan Indah akan kembali ke Bandung untuk menetap hidup bersama dalam satu rumah dan bekerja.

Rumah kontrakan yang akan kami tempati nanti, juga sudah kami cari dan sudah kami dapatkan alternatif-alternatifnya. Alternatif pertama, rumah kontrakan yang paling dekat dengan tempat bekerja saya dan Indah. Tentu harga sewa kontraknya per tahun paling mahal dibandingakn dengan alternatif kedua dan alternatif ketiga. Alternatif kedua agak jauh dari tempat kerja, sedangkan alternatif ketiga yang paling jauh dari tempat kerja. Dengan catatan, ukuran rumah kontrakan untuk ketiga alternatif tersebut sama. dengan kriteria utama adalah jarak tempat kerja.

Jika kriteria utamanya adalah anggaran yang sama, maka semakin menjauh dari tempat kerja diharapkan akan mendapatkan rumah kontrakan yang semakin besar ukurannya.

Indah dan saya sudah melakukan survey berdasarkan dua kriteria utama tersebut. Hasilnya berupa alamat lokasi rumah-rumah yang dikontrakkan oleh pemiliknya. Semua sudah kami catat, sehingga sewaktu-waktu nantinya akan direalisasikan, setidaknya sudah tidak kesulitan lagi.

"Mas Bambang, ini Indah punya usulan nih, kalau Mas Bambang tidak setuju tidak apa-apa," Indah mengatakan ini sambil memegang dan mencium kedua tangan saya, seperti yang biasa dilakukan Indah selama ini. Indah juga selalu menyelipkan kalimat di tengah percakapan kami, "Mas Bambang, Indah cinta banget sama Mas Bambang". Dan seperti biasanya pula, saya langsung membalas dengan kalimat, "Saya juga cinta banget sama Indah."

"Iya, In...apa usulannya?"

"Mengajukan permohonan KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) ke Bank tertentu, Mas"

"Apakah Indah sudah punya pandangan terhadap rumah yang akan kita cicil tersebut?"

"Ini, Mas." Indah mengambil brosur iklan dari dalam tasnya kemudian memberikannya kepada saya.

Saya baca dan lihat dengan cermat isi brosur tersebut. Tempatnya relatif tidak begitu jauh dari tempat kerja, kira-kira paling lama membutuhkan waktu setengah jam perjalanan dari rumah tersebut ke kantor saya dan ke kantor Indah. Disainnya juga sangat bagus dengan fasilitas yang disebutkan dalam isi brosur: multifunction court, flower garden, automatic gate system, jogging track, children playground, dan 24 hours security.

"Wah siiip ini, In. Saya setuju banget, In," Saya berkomentar sekaligus menjawab usulan Indah tadi.

"Mengenai pembayaran cicilannya kita tanggung bareng ya Mas Bambang?"

"Iya, In, nanti kalau KPR-nya disetujui silahkan diatasnamakan Indah"

"Diatasnamakan Mas Bambang saja, Mas."

"Indah saja"

"Mas Bambang saja"

"Indah saja"

"Mas Bambang saja"

"Kalau seperti ini, ya kapan selesainya, In?" Saya mencoba menghentikan lempar melempar nama yang akan dijadikan sebagai pemilik rumah ini karena tak ada kesepakatan.

Saya menginginkan Indah sebagai calon pemilik rumah, sementara Indah menginginkan saya sebagai calon pemilik rumah tersebut.

"Kalau kita undi, Mas Bambang setuju nggak?"

"Setuju, In."

Hasil undian dengan cara melemparkan mata uang logam sebanyak sepuluh kali lermparan dimenangkan oleh Indah, dengan score 8-2.  Dari 10 kali lemparan mata uang logam, Indah menang 8 kali, sedangkan saya hanya 2 kali menang.

Saya senang dengan hasil kemenangan Indah tersebut, karena sesuai dengan keinginan saya.

"Bagi Indah, memiliki Mas Bambang sudah lebih dari cukup, meskipun tak memiliki rumah"

Indah sepertinya tidak puas dengan kemenangannya tersebut, karena tidak sesuai dengan keinginannya. Indah menginginkan nama saya  yang digunakan sebagai calon pemilik rumah  tersebut.

"Saya senang dan ikhlas kok, In. Percayalah, In, saya tetap menjadi miliknya Indah untuk selama-lamanya."

Mendengar jawaban ini, Indah senang sekali dan sebentar lagi Indah pasti mengatakan bahwa Indah cinta banget sama Mas Bambang.

"Terima kasih ya, mas...Indah cinta banget sama Mas Bambang"

"Saya juga cinta banget sama Indah."

Setelah KPR dan semua persyaratannya kami urus. Kami disuruh menunggu hasil keputusannya dua minggu lagi. Menurut saya tidak terlalu lama untuk menunggu keputusan tersebut.

Seandainya nanti disetujui, rumah tersebut tidak akan kami tempati sebelum saya dan Indah resmi menikah.  Mungkin hanya ditengok sekali sekali untuk dibersihkan atau dikontrakkan.

 

Waktu menunggu dua minggu tidak terasa, dan alhamdulillah permohonan KPR disetujui.

Ini menurut kami sebagai Kabar Indah. Mudah-mudahan dengan kabar indah ini, perjalanan bahtera rumah tangga saya dan Indah selalu diberikan kemudahan oleh Allah.

(kabar indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kabar Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun