Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Kesucian Indah

12 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 12 Maret 2024   08:02 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Kesucian Indah

Meskipun saya tidak bertanya tentang penyebab sebenarnya terjadinya KDRT yang dialami Indah, entah dengan alasan apa kemudian Indah menceritakannya kepada saya.

Saya tidak bertanya karena saya tidak ingin menambah beban perasaan Indah.

Saya tidak tahu kalau ternyata ada "faktor saya" yang menyebabkan terjadinya KDRT tersebut.

Dari hati ke hati atau dengan jujur Indah mengatakan bahwa Mas Toni akhirnya tidak bisa mengendalikan dirinya karena Indah selalu menolak nafkah batin dari Mas Toni atau menolak setiap kali diajak berhubungan suami-istri.

Mas Toni memiliki hak yang sah sebagai suami, dan Indah mempunyai kewajiban yang sah sebagai istri untuk memenuhi kewajibannya tersebut.

Karena antar hak dan kewajiban yang selalu tidak bisa disatupadukan, akhirnya kesabaran Mas Toni habis dan terjadilah KDRT tersebut.

Di dalam ceritanya Indah kepada saya, terkait hal tersebut, Indah mengakui salah, karena tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri, yang salah satu kewajibannya adalah melayani kebutuhan batin suaminya melalui menerima pemberian nafkah batin dari suaminya.

Cuma yang disesalkan oleh Indah adalah mengapa harus dengan KDRT cara Mas Toni menyelesaikan kesalahan Indah tersebut.

Sampai pada bagian cerita Indah tersebut, saya masih belum mengerti tentang adanya "faktor saya" sebagai penyebab terjadinya KDRT tersebut.

Saya baru mengerti setelah Indah meneruskan ceritanya ini.

Indah menceritakan alasan Indah selalu menolak diajak berhubungan badan dengan Mas Toni meskipun Mas Toni sudah menjadi suaminya Indah yang sah.

Kata Indah hahwa hanya dengan saya alasan ini dapat Indah ceritakan karena bersifat sangat pribadi sekali.

Tidak mungkin Indah akan menceritakan alasan ini ke orang lain atau di dalam sidang pengadilan gugatan cerainya Indah ke Mas Toni.

Indah mengatakan ke saya bahwa bagaimana mungkin Indah bisa berhubungan suami-istri dengan Mas Toni, kalau selalu terbayang-bayang wajah Mas Bambang.

Meskipun Mas Toni tidak mengetahui adanya bayangan Mas Bambang di mata Indah yang menggantikan wajah Mas Toni, Indah tetap tak ingin hal itu terjadi di dalam hubungan yang sakral sebagai suami-istri. Oleh karena itu Indah selalu menolak ajakan Mas Toni.

Indah juga tidak bisa menyalahkan Mas Bambang karena bukan Mas Bambang yang menyuruh bayangan Mas Bambang untuk selalu hadir membayangi  Indah.

Satu-satunya orang yang bisa disalahkan dengan munculnya bayangan Mas Bambang di mata hati Indah adalah diri Indah sendiri.

Dan jika dilacak lagi tentang sumber penyebab munculnya bayangan Mas Bambang tersebut, Indah dengan yakin menyebutkan bahwa sumber penyebabnya adalah karena Indah sangat mencintai Mas Bambang sehingga selalu terbayang-bayang wajah Mas Bambang.

Dengan sangat lega atau puas hati karena telah berhasil melepas beban perasaannya melalui story telling tersebut, Indah kemudian menutup ceritanya dengan membisikkan kata-kata ke telinga saya,"Indah masih suci, mas".

(kesucian indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kesucian Indah. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun