Cinta indah akan benar-benar indah apabila tetap terjaga dari noda cinta. Noda cinta yang berupa nafsu. Nafsu kebirahian berkedok kasih sayang. Kasih sayang semu. Kasih sayang yang gampang memudar ketika manisnya dihabiskan.
Cinta indah juga akan benar-benar indah apabila tidak mempersyaratkan apa-apa. Baik mempersyaratkan harus memiliki maupun mempersyaratkan harus saling mencintai. Cinta indah, cinta yang tidak takut bertepuk tangan sebelah. Tetap mencintai walaupun tidak dicintai. Cinta indah, cinta yang tak menanti balasan cinta. Cinta indah cinta yang istiqomah.
"He!...Mas Bambang melamun ya?" Indah mengagetkan saya dengan "He!" nya tersebut.
"Iya, In...bukan melamun tapi merenung...hehehe."
"Kalau Indah boleh tahu, Mas Bambang merenung tentang apa ya?"
"Tentang cinta, In."
"Wauw....."
"Loh kok wauw, In?"
"Bukankah dulu Mas Bambang pernah bilang mengalir saja atau mbanyu mili saja?"
"Saya masih konsisten mbanyu mili kok In, renungan tadi berupaya mencoba mengabadikan konsepsi tentang cinta yang indah, In."
"O begitu ya, mas?"
"Iya, In."
"Kalau begitu silahkan Mas Bambang lanjutkan lagi renungannya tentang cinta indah atau cinta yang indah tadi, mas."
"Terus? Indah mau kemana?"
"Indah mau melanjutkan masak lagi, mas. Masak Sego Megono dan Taoto khas Pekalongan. Masakan khusus buat Mas Bambang yang paling Indah sayangi sepenuh hati."
Indah melanjutkan masak Sego Megono dan Taoto. Saya melanjutkan renungan tentang Cinta Indah.
(cinta indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Cinta Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kehilangan Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kesedihan Indah
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Kebahagiaan Indah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!