Sekelebat Cerpen | Ibunya Indah
Dengan adanya kejadian KDRT yang dialami putri tunggalnya, Â keretakan bahtera rumah tangga Indah merembet pada keretakan hubungan antar besan.
Perjodohan yang semula diharapkan semakin memperat tali persaudaran antar keluarga besan menjadi putus dan rasanya tak mungkin untuk disambung lagi.
Dengan kejadian tersebut, Ibunya Indah sangat terpukul dan sangat menderita batinnya.
Beliau merasa berdosa akibat ketaksabarannya untuk cepat-cepat menjodohkan Indah.
Memang tidak sepenuhnya salah Ibunya Indah sebab yang namanya hidup di desa kadang masih ada anggapan negatif bagi anak gadis yang sudah cukup umur tapi belum menikah.
Di lain sisi, Indah orangnya sangat patuh pada Ibunya.
Sulit bagi Indah untuk tidak memenuhi permintaan Ibunya.
Indah percaya penuh bahwa sangat tidak mungkin Ibunya menjodohkannya dengan pendamping hidup yang menjadikan putri tunggal semata wayangnya menderita.
Penyesalan demi penyesalan yang terus dipikirkan akan menggerogoti kesehatan batin dan merembet menggerogoti kesehatan lahir atau kesehatan fisik Ibunya Indah.
Akhirnya Ibundanya Indah  wafat.
Sementara pengurusan perceraian Indah belum selesai.
Masih menggantung belum ada keputusan.
(ibunya indah, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Ibunya Indah. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (1)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (2)
Baca juga: Sekelebat Cerpen: 33 Putaran (3)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!