Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Kemesraan Hati

22 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 22 Februari 2024   10:02 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Kemesraan Hati

"In, saya sudah di depan kosmu," isi pesan WA saya  ke Indah, dan tak pakai lama, langsung ada balasan, "Mas Bambang nggak masuk dulu?"

"Nggak In, saya tunggu di motor saja."

"Tapi lama loh, mas...soalnya aku mandi dulu."

"Ok, gak apa-apa In...santai saja," hape saya tutup dan saya masukkan ke saku jaketku.

Setiap kali kami pergi bersama hampir selalu ada hal yang didiskusikan. Baik yang bersifat spontan maupun yang telah direncanakan. Tema diskusi yang sering kami bahas berkali-kali dan berkesinambungan umumnya yang berkaitan dengan pengembangan diri melalui keterbukaan pikiran dan hati.  Kali ini saya yang merencanakan acara pertemuan sore hari ini sepulang kerja dan Indah sudah setuju.

Setelah agak lama saya menunggu di motor, Indah keluar dari rumah kos dengan senyuman terindah yang dengan tulus diperuntukkan ke saya. Saya sambut senyuman Indah dengan senyuman pula yakni senyum paling bahagia dari hati saya.

"Ke mana kita, Mas?," tanya Indah.

"Alun-alun Bandung, In...biar gampang cari tempat untuk sholat kalau waktunya sholat tiba."

"Iya, Mas."

Mungkin orang lain mengira saya dan Indah berpacaran dengan gaya pacaran seperti yang pada umumnya dipersepsikan sebagai pacaran yaitu pacaran yang diwarnai kemesraan fisik. Saya dan Indah tidak demikian. Kemesraan antara saya dan Indah lebih mengarah ke bentuk kemesraan hati bukan kemesraan fisik. Bukan kemesraan yang tumbuh dari persentuhan birahi tubuh, tetapi kemesraan hati. Kemesraan hati, kemesraan yang bersemi karena ketulusan hati, ucapan dari hati ke hati, dan perbuatan yang saling menjunjung tinggi nilai kesusilaan masing-masing diri pribadi.

Sesampainya di Alun-alun, kami tidak langsung mencari tempat duduk, tapi melihat-lihat cinderamata dan kuliner khas Kota Bandung yang dijual para pedagang kaki lima. Kemudian kami berjalan-jalan menjauhi Alun-alun sampai ke jalan Dewi Sartika lalu kembali lagi ke Alun-alun. Kami sempatkan pula untuk mampir makan dulu dan membeli minuman dan makanan ringan buat camilan nanti ketika diskusi.

(kemesraan hati, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kemesraan Hati. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun