Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang SEDIKIT BANYAK. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ========================================== Puji Tuhan atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Indah (3)

20 Februari 2024   10:00 Diperbarui: 20 Februari 2024   10:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Indah (3)

"Ibu bertanya apakah Mas Bambang pacar saya."

"Terus kamu jawab apa, In?"

"Saya jawab, tidak tahu. Betul kan, Mas?"

Dalam batin saya, saya senang sekali seandainya Indah menjawab bahwa saya pacarnya. Tapi jika menjawab bahwa saya bukan pacarnya, saya juga tak akan menyalahkannya, karena memang di antara saya dan Indah selama ini tak pernah membahas tentang cinta.

"Saya jawab, tidak tahu. Betul kan, Mas?" Indah mengulangi pertanyaannya.

"Iya betul, In." Saya jawab sekenanya saja dengan cepat, takut kalau sampai ditanya yang ketiga kali.

Memang karena seringnya kami berdua, banyak teman yang menyangka  bahwa Indah itu pacar saya atau saya pacarnya Indah.

Sebagai seorang Ibu, tentu sangat bisa dimengerti bila menanyakan hal itu ke anak semata wayangnya. Seorang Ibu pasti punya perasaan yang peka yang mampu menangkap sinyal kasih sayang yang saling berpantulan di antara anaknya dan tamu laki-lakinya (Indah dan saya). Hanya belum berani saling mengungkapkan saja, penyebabnya. Secara hati, saya sudah cocok dengan Indah, tapi saya tidak tahu apakah secara hatinya Indah, saya cocok dengannya.

Setelah saya rasa sudah cukup, maka saya mohon pamit ke Ibunya Indah dan semua anggota keluarga yang ada pada saat itu.

Saya tidak memperhatikan dengan cermat raut wajahnya Indah ketika berpamitan. Tapi ada perasaan tidak enak di dalam hati saya di sepanjang  perjalanan pulang saya. Semacam perasaan akan kehilangan Indah. Juga perasaan bakal kosong hari-hari saya kelak tanpa Indah.

TAMAT

(indah (3), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Indah (3). Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun