Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Indah (1)

18 Februari 2024   12:00 Diperbarui: 18 Februari 2024   12:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Sekelebat Cerpen | Indah (1)

"Cari siapa, Nak?"

" Cari rumahnya Indah, Bu."

" Di sini yang namanya indah ada banyak, Nak."

" Yang kerjanya di Bandung, Bu."

" O, kalau yang itu kelihatan dari sini rumahnya, Nak. Itu yang pagarnya warna merah itu, Nak." Ibu yang baik hati itu menunjukkan rumah Indah.

"Terima kasih ya, Bu."

Pemuda itu kemudian pergi menuju rumah Indah yang pagarnya merah.

"Permisi Bu, apakah betul ini rumahnya Indah?," Pemuda itu bertanya kepada seorang ibu yang sedang berdiri memegang sapu lidi.

"Iya betul, Nak."

"Saya Bambang, temannya Indah, Bu. Indah WA ke saya bilangnya kangen ibunya di kampung halaman, kebetulan jatah cuti kerjanya masih ada katanya."

"Saya ibunya Indah, Nak. Tapi Indah lagi keluar, pamitnya cuma sebentar beli jajanan, mau ada sahabatnya yang datang katanya, Nak."

"Monggo Nak Bambang ditunggu di dalam saja."

Pemuda yang kini diketahui bernama Bambang itu sekarang menunggu Indah di ruang tamu.

Kedengaran suara anak-anak kecil yang sedang ramai bercanda dan bermain di ruang tengah.

Tiba-tiba 1.

"Hei Mas Bambang, sudah lama nunggu ya mas, maaf ya mas "

"Nggak lama kok In," saya biasa memanggilnya In. Kalau Indah biasanya kalau memanggil saya dengan panggilan "Hei" atau "He" saja. Tumben di sini dia memanggil saya Mas Bambang. Di kalangan teman-teman Indah yang juga teman-teman saya sampai-sampai saya mendapat julukan sangat spesial: "Mr. He".

Tiba-tiba2.

Anak-anak kecil yang tadi di ruang tengah datang ke ruang tamu, berebut mengerubut Tubuh Indah, berebutan dulu-duluan memeluk. Ada yang melompat ke gendongan. Ada yang menarik-narik bungkus jajanan.

"Ya begini ini, mas, keponakan-keponakan saya kalau diberitahu saya akan pulang kampung. Padahal kemarin sudah...hehehe."

Saya ikut tertawa senang menyaksikan kegembiraan mereka bersama Indah.

Mereka diajak Indah bersama-sama ke ruang tengah.

Indah kemudian menemui saya lagi di ruang tamu sambil memberi isyarat yang hanya Indah dan saya yang tahu. Isyarat apakah itu?

(indah (1), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Indah (1). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun