Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Menggali dan Membongkar (2)

26 Januari 2024   00:16 Diperbarui: 26 Januari 2024   00:21 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Menggali dan Membongkar (2)

Setelah agak lama saling berdiam diri. Sebelum ia memulai bercerita tentang pengalamannya yang luar biasa. Ia merasa perlu untuk memandang satu per satu kuburan yang ada di sekelilingnya. Ia khususkan memandangi ke arah kuburan yang dulu telah digalinya. Ia khususkan pula mengucapkan doa untuk para penghuni kubur tersebut. Anak muda yang telah lama menantikan ceritanya ini pun mengikuti doanya dan mengamininya.

Selesai berdoa, tukang gali kubur memulai ceritanya.

"Mas, pengalaman pertama saya menggali kubur kebetulan waktunya tengah malam dan pada malam itu juga  terjadi hujan deras disertai angin besar."

"Kenapa tak bisa ditunda menunggu reda atau menunggu pagi atau siang, Pak?"

"Keluarga almarhum memberi perintahnya demikian dengan upah yang khusus dilipatgandakan."

"Ini merupakan pengalaman pertama saya menggali kubur yang luarbiasa berat, Mas. karena disamping menggali juga harus menguras genangan air dari curahan hujan deras. Dengan lampu penerangan seadanya, semakin menambah beratnya upaya menggali kubur. Badan basah kuyub hanya ditemani seorang anggota keluarga almarhum yang hanya berdiri mematung di bawah payung."

" Apakah tidak ada yang ikut membantu, Pak ? Bukankah umumnya paling tidak ada dua orang yang mengerjakan, Pak ?"

"Tidak ada, Mas. Tukang gali yang lama tidak bisa karena sedang sakit, sedangkan tukang gali lainnya menolak dengan alasan barusan sembuh dari sakit."

"Kalau seperti itu, kenapa tak ditolak saja Pak, permintaannya untuk menggali kubur tersebut ?".

"Kebetulan saya sedang sangat sangat butuh duit, Mas. Dan ini menurut saya upahnya juga luar biasa besar...melebihi UMR, Mas...hehehe".

Anak muda yang bertanya itu pun ikut tertawa kecil. Dia memahami bahwa yang namanya uang memang bisa jadi motivator yang luar biasa untuk mengerjakan pekerjaan yang juga luar biasa yang ujungnya ternyata bisa mendapatkan pengalaman yang luar biasa juga.

"Tengah malam di tengah kuburan, hujan deras, menggali kubur sendirian, apakah tidak takut, Pak?"

"Tidak, Mas".

"Apa rahasianya sehingga bapak tidak takut?"

"Rahasianya, karena butuh duit, Mas....hehehe".

Mendengar jawaban dari tukang gali kubur tersebut, anak muda yang bertanya itu pun sekali lagi ikut tertawa (-kali ini tertawanya tidak kecil lagi-). Dia semakin meyakini bahwa rahasia yang diutarakan tukang gali kubur itu ada benarnya, itu bisa terjadi pada orang lain dan  bisa memicu kenekatan-kenekatan lainnya, yang juga luar biasa.

(menggali dan membongkar (2), 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Menggali dan Membongkar (2). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun