Sekelebat Cerpen | Bertemu dengan Diri Sendiri (9)
Setelah bertemu dengan Pak Urip beberapa hari yang lalu, Trimo semakin bersemangat melanjutkan perjalanannya ke barat. Bekal yang banyak dari pemberian Pak Urip membuat Trimo jarang berhenti atau singgah lama karena ia tak terjeda oleh pekerjaannya. Sekali lagi, Trimo makin semangat berjalan ke barat. Tengah malam pun ia tak beristirahat. Terus berjalan kaki mengikuti pinggiran jalan yang menuju ke barat.
Sampailah ia di tengah-tengah kota yang meskipun tengah malam masih sangat ramai. Ia sempatkan bertanya kepada orang yang dijumpainya dengan dua pertanyaan: kota apa dan malam apa. Orang tadi menjawab bahwa ini adalah Kota Tiban malam jumat. Setiap malam jumat tak harus malam jumat kliwon. Pokoknya setiap malam jumat, kota Tiban ini sangat ramai. Itu kata orang tadi dan Trimo kini berada di keramaian kota Tiban ini. Banyak orang berkumpul menggelar tikar di beberapa tempat.
Trimo berupaya menikmati keramaiannya sambil menjelajahi seluruh isi kota Tiban ini. Keriuhannya merata, isi pembicaraannya samar-samar seperti sama dan berulang-ulang. Wajah orang-orangnya seperti berselimut kabut. Tertawanya mengeluarkan kabut. Apakah Trimo takut? Entah, tapi sepertinya Trimo mempercepat langkahnya hendak segera keluar dari kota Tiban ini. Ia mencari tepinya mencari jalan keluarnya tapi tidak ketemu-ketemu. Ia menanti pagi tapi malam di kota ini sepertinya tak berubah menuju pagi. Malam yang konstan dengan keramaiannya yang juga konstan. "Ada apa ini?," bisik hati Trimo bertanya kepada diri sendiri.
(bertemu dengan diri sendiri (9), 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Bertemu dengan Diri Sendiri (9). Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H