Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekelebat Cerpen: Pada Awalnya Bejo (10)

15 November 2023   16:34 Diperbarui: 15 November 2023   16:39 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekelebat Cerpen | Pada Awalnya Bejo (10)

Di depan tubuh renta Pak Slamet, Bejo menguatkan hatinya yang dipenuhi rasa iba. Ia hendak mengatakan bahwa hari ini akan pergi bersama istrinya untuk memenuhi pesan saudara istrinya, agar tinggal di kampung halaman istrinya. Kampung halaman di lembah perbukitan antara Kawali dan Panjalu. Nama kampungnya adalah Bojongsereh. Di atas kampung ini terdapat sebuah tanah lapang yang bernama Alba. Kampung Bojongsereh diapit dua bukit. Lahan persawahan, kebun, dan balongan perikanannya terpadu asri sejuk dan subur.

Istri Bejo bernama Khusnul Khotimah, anak semata wayang atau anak tunggal yang kedua orang tuanya sudah tiada. Khusnul Khotimah dipondokkan di Pondok Pesantren Putri, di Kecamatan Bangil. Bejo dijodohkan oleh Pimpinan Pondok tersebut, yang juga sahabat ayahnya Bejo.

Sudah sekian kali Bejo mencoba menguat-nguatkan hatinya untuk berpamitan, namun selalu tak mampu ia ucapkan di depan ayahnya. Pak Slamet tahu kalau Bejo tak tega meninggalkannya, sehingga akhirnya Pak Slamet yang memulai pembicaraan.

" Le (Nak), berangkatlah dan jangan khawatirkan ayahmu ini."

Hanya kata: inggih atau iya yang bisa diucapkan oleh Bejo.

Setelah Bejo dan istrinya pergi. Kesunyian dalam hati Pak Slamet dipecahkan dengan mengambil air wudhu kemudian ia lanjutkan dengan sholat sunah berkali-kali hingga benar-benar tak berdaya, lelah dan diakhiri dengan duduk bersimpuh di hadapan Gusti. Ia sampaikan rindunya kepada mendiang istrinya yang sangat ia cintai. Ia panjatkan doa tulusnya untuk mendiang istrinya dan memohon agar kelak bisa dipersatukannya kembali. Ia mencoba memenuhi rindunya dengan cara meneruskan dagangan istrinya di Toko Mracangan di Pasar Karangketug. Karena di situ ia bisa merasakan kehadiran istrinya yang selalu ramah melayani pembeli.

(pada awalnya bejo (10), 2023)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sederhana untuk menceritakan tentang Pada Awalnya Bejo (10). Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun