Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Rencana Merinci Perasaan Puisi

4 Januari 2022   03:04 Diperbarui: 4 Januari 2022   03:43 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi | Rencana Merinci Perasaan Puisi

ia hidup di dalam dan di tengah-tengah kita
kadang ia pun jauh tak terlihat di luaran sana
juga tidak  jarang ia terpojok di pojokan jiwa

sebagai puisi ia perasaannya lembut sekali
tapi ia juga bisa ciutkan nyali sangat ngeri
membuat habitatnya jadi tak nyaman lagi

aneka perasaan puisi ini musti dicermati
ruangan  hidupnya juga musti ditata rapi
geraknya pun perlu diakrabi dengan hati

perasaan puisi ini dicoba dirinci di sini
digali renungi didudukkan di kursi puisi
barangkali kelak ada kegunaannya nanti

pertama, saat manja tak membuatnya dewasa
kedua,  saat ia tahu kalau hanya diperalat saja
ketiga, saat kesendiriannya berujung nelangsa

keempat, tatkala ia disuruh marah
kelima, tatkala seolah tiada ruang hijrah
keenam, tatkala geraknya tak bisa ke semua arah

ketujuh, ketika yang lain dapat melihat
kedelapan, ketika nikmat tak bisa tobat
kesembilan, ketika bukan ia yang selamat

rencana merinci puisi ini ditulis di sini
bukan untuk mengajari dan menggurui
atau pun untuk menggarami lautan ilmi
tetapi sekedar berbagi perasaan puisi
bagi yang berkenan menerima ini

(rencana merinci perasaan puisi, 2022)

Puisi sederhana yang berisi rencana sembilan judul puisi tentang perasaan puisi. Semoga bermanfaat ketika kelak menjadi puisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun