Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fibonacci Macro Puisi: Ranjang yang Membaringkan Malam

24 Desember 2021   01:00 Diperbarui: 24 Desember 2021   01:19 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fibonacci Macro Puisi: Ranjang yang Membaringkan Malam

(merebahkan ranjang yang membaringkan malam
di atas gundukan makam
saat detak jam
terdiam)

semua renungan sore yang belum usai
dipaksakan selesai
tangis mulai
ramai

biasa
ini biasa
dan sering kejadiannya
dan juga bentuk pengulangannya tak beda

(malam nidurkan sepi, ranjang dingin sunyi
dan mimpi yang mendatangi
para pemimpi
tlah pergi)

semua
rangkaian doa
tlah dipanjatkan semua
tangisan duka juga tlah mengiringinya

(ranjang yang membaringkan malam , 2021)

Puisi metafora suasana perkabungan dan pengulangan kejadian-kejadian yang mengakibatkan kematian. Itu semua tak terpahami kalau hanya dalam sekali renungan saja.

Fibonacci Puisi ini menggunakan pola deret fibonacci sebagai berikut:

Bait pertama, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kedua, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait ketiga, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci:  3, 5, 8, 13.
Bait keempat, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 13, 8, 5, 3.
Bait kelima, terdiri dari empat baris mengikuti pola deret fibonacci: 3, 5, 8, 13.

Angka melambangkan jumlah suku kata atau penggalan bunyi kata atau ketukan nada.

Semoga dengan tambahan penjelasan tersebut dapat bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun