Arsip Puisi Bagian Kedelapan
(Arsip Wajah Puisi Bams)
Â
Arsip puisi bagian kedelapan ini merupakan kelanjutan dari arsip puisi bagian ketujuh, dan hanya berisi daftar judul puisi, bukan berisi konten puisi.
Judul-judul puisi tersebut disusun berdasarkan kronologis penayangannya. Setelah bagian kedelapan ini penuh, maka akan dilanjutkan ke bagian kesembilan yang juga akan diisi dengan seratus daftar judul puisi, demikian seterusnya untuk bagian kesepuluh, bagian kesebelas, dan seterusnya dan seterusnya.
Arsip puisi bagian kedelapan ini pada awalnya adalah kosong.
Kemudian setiap harinya, jika ada puisi yang tayang atau jika ada puisi yang akan dijadwalkan tayang, maka perlahan-lahan daftar isinya akan terisi hingga jumlahnya mencapai 100 judul puisi.
DAFTAR ISI:Â
- Micro Puisi: Yang Menghadapkan Wajah ke Uang
- Nano Puisi: Tulang yang Menjilati Terus Lidahnya
- Macro Puisi: Tembok yang Meratapi Batu Bata
- Macro Puisi: Gajah yang Tertinggal di Pelupuk Mata
- Fibonacci Puisi: Matahari yang Membawa Lari Langitnya
- Micro Puisi: Riak yang Menghanyutkan Sungai
- Micro Puisi: Semut yang Menyeberangkan Laut
- Micro Puisi: Bak Mandi yang Menghindari Dikuras
- Fibonacci Puisi: Bunga yang Menerbangkan Kupu-kupu
- Nano Macro Puisi: Kaki yang Menyandung Gunung
- Micro Puisi: Harta yang Mencuri Pencuri
- Fibonacci Macro Puisi: Ranjang yang Membaringkan Malam
- Macro Puisi: Mereka yang Mau Menjadi Udara
- Macro Puisi: Kota yang Menjaga Gardu Ronda
- Puisi | Rencana Merinci Sebelas Lokasi Sembunyi Puisi
- Macro Puisi: Kubertanya Kau Sembunyi di Mana
- Macro Puisi: Kutengok di Sana Kau Tak Ada
- Micro Puisi: Ditemani Siapa
- Micro Puisi: Lain Kali Bilang Dulu
- Fibonacci Puisi: Kalau di Situ
- Nano Puisi: Jangan Sekali Sekali Sembunyi di Sini
- Nano Puisi: Kalau Tersesat Bagaimana
- Macro Puisi: Terserah yang Membawa
- Micro Puisi: Pembawanya Tak Bersama yang Membawa
- Micro Puisi: Pengikutnya Juga Tak Mau Ikut
- Micro Puisi: Pemeluknya Juga Tak Mau Memeluk
- Puisi | Rencana Merinci Lima Aeiou Puisi
- Fibonacci Puisi: Andai Datangmu Nanti
- Micro Puisi: Endapan Ampas Kopi
- Nano Puisi: Ingat yang di Rahim Puisi
- Macro Puisi: Oleng Kanan Kiri
- Micro Puisi: Usahakan Lebih Pagi Lagi
- Puisi | Rencana Merinci Perasaan Puisi
- Micro Puisi: Saat Manja Tak Membuatnya Dewasa
- Nano Puisi: Saat Ia Tahu Kalau Hanya Diperalat Saja
- Macro Puisi: Saat Kesendiriannya Berujung Nelangsa
- Micro Puisi: Tatkala Ia Disuruh Marah
- Fibonacci Puisi: Tatkala Seolah Tiada Ruang Hijrah
- Macro Puisi: Tatkala Geraknya Tak Bisa ke Semua Arah
- Nano Puisi: Ketika yang Lain Dapat Melihat
- Fibonacci Puisi: Ketika Nikmat Tak Bisa Tobat
- Macro Puisi: Ketika Bukan Ia yang Selamat
- Puisi | Rencana Menggali Sembilan Ilmu di Dalam Puisi
- Fibonacci Puisi: Ilmu Mati yang Tak Bisa Tak Mati
- Micro Puisi: Ilmu Hidup Karena Tak Selamanya Hidup
- Micro Puisi: Ilmu Berani Hidup Tapi Takut Mati
- Fibonacci Puisi: Ilmu Berani Mati Karena Takut Hidup
- Macro Puisi: Ilmu Takut Hidup dan Takut Mati
- Macro Puisi: Ilmu Berani Hidup dan Berani Mati
- Nano Puisi: Ilmu tentang Bukan Hidup dan Mati
- Nano Puisi: Ilmu Menyempurnakan Hidup
- Fibonacci Puisi: Ilmu Menyempurnakan Mati
- Puisi | Rencana Menggali Sebelas Kebahagiaan di Dalam Puisi
- Micro Puisi: Tatkala Rindu Sedemikian Rupa
- Nano Puisi: Tatkala Cinta Segenap Bilangannya
- Macro Puisi: Setelah Kenyang Melunasi Laparnya
- Fibonacci Puisi: Setelah Memanen karena Menanam
- Nano Puisi: Sesudah Dimaafkan
- Macro Puisi: Sesudah Dibisakan Memaafkan
- Nano Puisi: Saat Luka Mengingatkan Dosa Kita
- Macro Puisi: Saat Dibisakan Bahagia Melihat Lainnya Bahagia
- Micro Puisi: Ketika Dibisakan Bersama-sama Menangis
- Fibonacci Puisi: Ketika Terharu yang Tak Dibuat-buat
- Macro Puisi: Setelah Berhasil Tidak Membiasakan Iseng
- Puisi | Rencana Merinci Menolehnya Puisi
- Micro Puisi: Menoleh ke Dalam Lupa ke Luar
- Macro Puisi: Menoleh ke Luar Lupa ke Dalam
- Fibonacci Puisi: Menoleh Luar Dalam
- Nano Puisi: Menoleh ke Kiri Lupa ke Kanan
- Fibonacci Puisi: Menoleh ke Kanan Lupa ke Kiri
- Micro Puisi: Menoleh Kiri Kanan
- Macro Puisi: Sibuk Menoleh Kemana-mana
- Fibonacci Puisi: Bingung Menoleh Kemana
- Nano Puisi: Tak Menoleh Kemana-mana
- Puisi | Rencana Memandikan Tubuh Kata-kata
- Nano Puisi: Menetesi Mata Kata-kata
- Micro Puisi: Membilas Badan Kata-kata
- Macro Puisi: Mengumuri Mulut Kata-kata
- Fibonacci Puisi: Mencelupkan Kaki Kata-kata
- Macro Puisi: Mengucuri Telinga Kata-kata
- Micro Puisi: Membasuh Tangan Kata-kata
- Fibonacci Puisi: Membasahi Hidung Kata-kata
- Puisi | Rencana Merinci Sepuluh Rantai Nilai Puisi
- Macro Puisi: Pencipta Panggung Semesta Puisi
- Micro Puisi: Sumber Kata-kata Puisi
- Nano Puisi: Penggoda Puisi
- Macro Puisi: Pencipta Puisi
- Fibonacci Puisi: Penerima Puisi
- Micro Puisi: Voice Puisi
- Micro Puisi: Noise Puisi
- Macro Puisi: Dampak Puisi
- Nano Puisi: Zona Legal Puisi
- Fibonacci Puisi: Zona Jeruji Besi Puisi
- Puisi | Rencana Merinci Sembilan Ketidakbisaan agar Dibisakan
- Nano Puisi: Agar Dibisakan Menempati Titik
- Micro Puisi: Agar Dibisakan Mencermati Titik
- Macro Puisi: Agar Dibisakan Menyatukan Titik
- Fibonacci Puisi: Agar Dibisakan Sabar di Dalam Koma
- Micro Puisi: Agar Dibisakan Merenung di Dalam Koma
- Nano Puisi: Agar Dibisakan Menghayati Koma di Dalam Koma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!