Arsip Puisi Bagian Ketujuh
(Arsip Wajah Puisi Bams)
Â
Arsip puisi bagian ketujuh ini merupakan kelanjutan dari arsip puisi bagian keenam. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa setiap bagian dari masing-masing arsipnya berisi seratus (100) puisi. Tepatnya berisi daftar isi yang bertuliskan judul-judul puisi. Judul-judul puisi tersebut disusun berdasarkan kronologis penayangannya. Setelah bagian ketujuh ini penuh, maka akan dilanjutkan ke bagian kedelapan yang juga akan diisi dengan seratus daftar puisi, demikian seterusnya untuk bagian kesembilan, bagian kesepuluh, dan seterusnya dan seterusnya.
Arsip puisi bagian ketujuh ini pada awalnya adalah kosong.
Kemudian setiap harinya, jika ada puisi yang tayang atau jika ada puisi yang akan dijadwalkan tayang, maka perlahan-lahan daftar isinya akan terisi hingga jumlahnya mencapai 100 puisi.
DAFTAR ISI:Â
- Macro Puisi: Yang Itu Kamu yang Ini Saya Saja
- Nano Puisi: Sifat Dasar Insani
- Puisi | Rencana Kesebelasan Puisi
- Macro Puisi: Menjaga Gawang
- Macro Puisi: Gelandang Kiri Kanan
- Macro Puisi: Penyerang Tengah Menyerang
- Fibonacci Puisi: Peluit Wasit
- Macro Puisi: Menangkap Bola Liar
- Macro Puisi: Kena Tangan
- Nano Puisi: Sundulan Pikiran
- Micro Puisi: Kaki Lawan
- Fibonacci Puisi: Menggiring Umpan
- Micro Puisi: Kemasukan Kecurangan
- Macro Puisi: Komentator yang Kegirangan
- Puisi | Empat Generasi Berpuisi
- Nano Puisi: Kakek Berpuisi
- Nano Puisi: Nenek Berpuisi
- Nano Puisi: Ayah Berpuisi
- Fibonacci Puisi: Ibu Berpuisi
- Micro Puisi: Anak Berpuisi
- Macro Puisi: Menantu Berpuisi
- Micro Puisi: Cucu Berpuisi
- Macro Puisi: Wasiat Puisi
- Puisi | Rencana Berumah di Puisi
- Macro Puisi: Bumi Puisi
- Micro Puisi: Pondasi Puisi
- Nano Puisi: Dinding Puisi
- Fibonacci Puisi: Atap Puisi
- Micro Puisi: Lantai Puisi
- Macro Puisi: Langit Puisi
- Nano Puisi: Jendela Puisi
- Macro Puisi: Pintu Puisi
- Micro Puisi: Dapur Puisi
- Fibonacci Puisi: Sumur Puisi
- Nano Puisi: Kasur Puisi
- Micro Puisi: Kamar Puisi
- Macro Puisi: Pagar Puisi
- Fibonacci Puisi: Taman Puisi
- Nano Puisi: Kolam Puisi
- Micro Puisi: Alamat Puisi
- Macro Puisi: Desa Puisi
- Fibonacci Puisi: Kota Puisi
- Puisi | Rencana Penulisan Sepuluh Angka Puisi
- Nano Puisi: Satu-satunya Cinta
- Micro Puisi: Hanya Dua Kali Berkata
- Macro Puisi: Bertiga dengan Dukamu
- Fibonacci Puisi: Di Empat Persegi Tanah
- Nano Puisi: Mengisi Jeda Lima Waktu
- Micro Puisi: Menghayati Enam Dimensi
- Macro Puisi: Tujuh Hari Mengkalkulasi
- Fibonacci Puisi: Delapan Matahari Menerangi
- Nano Puisi: Sembilan Pintu Diri
- Fibonacci Puisi: Kembalinya Kosong Lagi
- Puisi | Rencana Mengisi Duapuluh Enam Abjad Puisi
- Macro Puisi: Aorta Gempa
- Macro Puisi: Baru Saja Dilahirkan
- Macro Puisi: Cara Alam Berkomunikasi
- Macro Puisi: Dari dan Ke Puisi
- Micro Puisi: Epitaf di Makam Cahaya
- Micro Puisi: Fase Terakhir Garis Finish
- Fibonacci Puisi: Garis Finish Mata Angin
- Nano Puisi: Hadiah Cinta yang Tak Diambil
- Nano Puisi: Ia Berjanji Datang Lagi
- Micro Puisi: Jangan Minta Tambah Lagi
- Micro Puisi: Karena Terlanjur Ditangisi
- Macro Puisi: Lama Puncaknya Abadi
- Nano Puisi: Masih Setia Menanti
- Micro Puisi: Nasihat Puisi
- Nano Puisi: O, Serupa Nol
- Macro Puisi: Pada Antri Mati
- Micro Puisi: Qolbu yang Itu
- Nano Puisi: Rasa Tercabut Nyawaku
- Macro Puisi: Sama Halnya Dirimu
- Fibonacci Puisi: Temani Ajalku
- Micro Puisi: Ujian Ketidaktahuan
- Micro Puisi: Vaksinasi Puisi
- Fibonacci Puisi: Walau Tak Bertemu
- Nano Puisi: X, Namanya X
- Micro Puisi: Yang Tak Siap
- Macro Puisi: Zaman Dibangkitkannya Rindu
- Puisi | Rencana Merinci Tigapuluh Tiga Pelaku Puisi
- Macro Puisi: Pembeli yang Menawar Semua Sepi dengan Harga Tinggi
- Micro Puisi: Tiga Lembar Malam yang  Membungkus Kesiangannya
- Fibonacci Puisi: Rembulan yang Meminta Dipegangi Cinta
- Nano Puisi: Waktu yang Terbirit Takut Digertak Dentangnya
- Micro Puisi: Ragu yang Hendak Meyakinkan Bimbangnya
- Fibonacci Puisi: Ruang yang Sembunyikan Wadahnya
- Mcro Puisi: Lena yang Lupa Mengingatkan Rasa
- Macro Puisi: Penjual yang Menjuali Semua Kata
- Fibonacci Puisi: Semesta yang Menyerupai Rimba
- Nano Puisi: Batu yang Tak Mau Pecahkan Kaca
- Micro Puisi: Kamu dan Aku  yang Diam Saja
- Nano Puisi: Daun yang Menolak Layunya
- Fibonacci Puisi: Arwah yang Menggantung di Angkasa
- Macro Puisi: Dia yang Kadang-kadang Mengkita
- Nano Puisi: Air yang Menggenangi Mata
- Macro Puisi: Bunga Rampai Tertawa yang Menangis
- Micro Puisi: Bedak Gincu yang Lekat di Jiwa
- Nano Puisi: Mata yang di Kening Kita
- Macro Puisi: Tangis Bahagia yang Dinanti Semua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!