Arsip Puisi Bagian Kelima
(Arsip Wajah Puisi Bams)
Arsip puisi bagian kelima ini merupakan kelanjutan dari arsip puisi bagian keempat. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa setiap bagian dari masing-masing arsipnya berisi seratus (100) puisi.
Tepatnya berisi daftar isi yang bertuliskan judul-judul puisi. Judul-judul puisi tersebut disusun berdasarkan kronologis penayangannya.
Setelah bagian kelima ini penuh, maka akan dilanjutkan ke bagian keenam yang juga akan diisi dengan seratus daftar puisi, demikian seterusnya untuk bagian ketujuh, kedelapan, dan seterusnya dan seterusnya.
Arsip puisi bagian kelima ini pada awalnya adalah kosong kemudian setiap harinya jika ada puisi yang tayang maka perlahan-lahan daftar isinya akan terisi hingga jumlahnya mencapai 100 puisi.
DAFTAR ISI:Â
- Micro Puisi: Merdeka dengan Cara Rela Tak Merdeka
- Nano Puisi: Berkali-kali Merdeka
- Macro Puisi: Sayangilah Admin
- Nano Puisi: Eman dan Sayang
- Nano Puisi: Merdekamu yang Bagaimana
- Micro Puisi: Semoga Rukun-rukun Saja
- Macro Puisi: Admin yang Baik Menurut Saya
- Macro Puisi: Sistem Manusia-manusia
- Pigura Puisi: Semua Kalahnya Sama Omong Kosong
- Nano Puisi: Minimal Seminggu Sekali
- Nano Puisi: Seperti Balapan di Sirkuit Diri
- Fibonacci Puisi: Pujangga Langka
- Nano Puisi: Janganlah Dibuka-buka
- Nano Puisi: Dikira Apik
- Nano Puisi: Jika Tak Ada yang Sok Tahu, Apa Jadinya Ya?
- Micro Puisi: Mengapung Mengikuti Arus Kali
- Micro Puisi: Pada Akhirnya
- Pigura Puisi: Pakar Etika Literasi
- Nano Puisi: Larut dalam Abu-abu
- Pigura Puisi: Johan Japardi Berpuisi
- Fibonacci Puisi: Pigura Puisi
- Macro Puisi: Sampaikan Saja Apa Adanya
- Fibonacci Puisi: Pansos Naiki Tangga Benci
- Nano Puisi: Kata Kembalinya Kemana
- Nano Puisi: Aroma Wangi Bunga
- Nano Puisi: Dejavu di Ambang Sore
- Micro Puisi: Kadang Ingin Melihatmu
- Macro Puisi: Sudah Banyak Kutanyai
- Nano Puisi: Beda Alam
- Nano Puisi: Kematian yang Memukau
- Micro Puisi: Kuda Lumping Makan Kaca
- Fibonacci Puisi: Katalima
- Fibonacci Nano Puisi: Sambil Lalu Saja
- Macro Puisi: Membisiki Guru yang Menggurui
- Macro Puisi: Memanggili Murid dengan Lembut
- Macro Puisi: Menghormati Wali Murid
- Macro Puisi: Merangkul Tukang Kebun dan Satpam
- Macro Puisi: Keranjang Belanja Manusia
- Nano Puisi: Hingga Setelah Mati
- Nano Puisi: Yang Ditebak Lari-lari
- Micro Puisi: Andai Sulit Menangis
- Fibonacci Puisi: Rindu Berat Menghebat
- Fibonacci Puisi: Bersyukur Cinta
- Fibonacci Puisi: Sudahi Saja
- Fibonacci Puisi: Tunjukkan yang Asli
- Fibonacci Puisi: Dinasehati
- Fibonacci Puisi: Puisi yang Mengobati
- Fibonacci Puisi: Puisi yang Menangisi
- Fibonacci Puisi: Puisi Menertawai
- Fibonacci Puisi: Puisi Menyesali
- Fibonacci Puisi: Bukan Tujuan
- Fibonacci Puisi: Perlu Tersedu-sedu
- Fibonacci Puisi: Meniru Katak
- Fibonacci Puisi: Harapan yang Melebihi Ilusi
- Fibonacci Puisi: Bukan Pilihan Sederhana
- Fibonacci Puisi: Pernahkah
- Fibonacci Puisi: Maukah
- Fibonacci Puisi: Sayangku
- Fibonacci Puisi: Oh Bukan
- Fibonacci Puisi: Yang Indah
- Fibonacci Puisi: Terlalu Baik
- Fibonacci Puisi: Punyai Anak
- Mengemis kepada Pengemis
- Fibonacci Puisi: Menghakimi
- Fibonacci Puisi: Merawat
- Fibonacci Puisi: Memaklumi
- Fibonacci Puisi: Menepi
- Fibonacci Puisi: Turunnya Solusi
- Fibonacci Puisi: Sengaja Gembira
- Nano Puisi: Akhiri Sunyi yang Tak Murni
- Nano Puisi: Sebelum dan Setelah Ketika
- Micro Puisi: Lidah Telah Lelah
- Micro Puisi: Betul Sekali
- Macro Puisi: Amuk Massa Remuk Lara
- Macro Puisi: Pilihan Pujaan
- Micro Puisi: Muda Menipu Tua Ditipu
- Nano Puisi: Menempelkan Rasa
- Micro Puisi: Tiada Bayangan Luka
- Macro Puisi: Mengatur Negara
- Nano Puisi: Sisi Gelap dan Sunyi
- Micro Puisi: Mendirikan Puisi
- Micro Puisi: Mata Mulut Telinga
- Fibonacci Pigura Puisi: Katedrarajawen
- Fibonacci Puisi: Menduga-duga Tak Pasti
- Fibonacci Puisi: Optimis Senyum Termanis
- Fibonacci Puisi: Engkau Sertakan Suka Duka
- Macro Puisi: Tak Usah Takut Berpuisi
- Macro Puisi: Rantai Puisi
- Micro Puisi: Di Dataran Tinggi Sepi Puisi
- Micro Puisi: Seduka Itukah Laut
- Nano Puisi: Tumbuh Liar Tak Terurusi
- Nano Puisi: Dikejar-kejar Bahagia
- Fibonacci Macro Puisi: Bekal Negara Maju
- Macro Puisi: Strategi Mengalah
- Macro Puisi: Andaikan Pernah
- Macro Puisi: Andaikan Belum Pernah
- Macro Puisi: Andaikan Sejarah Salah
- Fibonacci Puisi: Menempel di Dinding Rumah
- Nano Puisi: Bersahabatlah dengan Bayanganmu
- Micro Puisi: Janganlah Malu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!