Nano Puisi: Berkorban Puisi, Berqurban juga Puisi, Berkurban Apalagi
Â
Â
ah ada-ada saja huruf dijungkirbalikkan begitu rupa
padahal esensinya sama saja ada derita di objeknya
kata dibedakgincui didandani diaromai wangi-wangi
padahal esensinya sama saja ada derita di tubuhnya
ah mbokyao jangan begitu inisiasi debat tak perlu
puisi merayu-rayu mendayu-ndayu baper malu-malu
lebih baik dijoged-dangdutkan bila perlu dilaju
kencangnya waktu, puisi sangat suka itu
ah dinda kok begitu memperlakukan puisi cengeng melulu
puisi diperalat selalu dibikin tersedu-sedu mengharu biru
dikorbankan diqurbankan dikurbankan sambil berlalu
dibebani pilu dihijabi kelambu ungu diajari tak lugu
ah aneh-aneh saja macam-macam saja dibuatnya
padahal esensinya sama saja ada belang di hidungnya
kata biarkanlah berlari bebas mencari sendiri maknanya
jangan digondeli dengan diksi sendiri diikati narasi lama
ah ya sudahlah kalau itu memang maumu, teruskanlah saja
oh, dinda boleh-boleh saja berhenti di sana menenteng
terus korbannya
Â
(qurban puisi, 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!