Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Monolog 21: Laku dan Wujud

11 Juni 2021   06:24 Diperbarui: 11 Juni 2021   06:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monolog 21: Laku dan Wujud


Anakku, laku itu adalah pikiranmu dan kemauanmu. Walaupun engkau telah berbuat,
itu belum dikatakan laku manakala pikiranmu dan kemauanmu belum kau ikutkan.
Laku adalah niat yang telah maujud. Maujud karena pikiranmu dan kemauanmu itu, anakku. Sedangkan peran kesadaran adalah selama dalam pembelajaran.
Dalam pikiran dan kesadaran yang telah menjadi laku, tidak diperlukan lagi adanya kesadaran. Karena kesadaran hanyalah sebagai indra yang belum terlatih. Tapi , anakku, janganlah engkau memulai melakukan laku, manakala engkau belum memulainya dengan kesadaranmu, dengan pembelajaranmu.
Bagaimana anakku, apakah engkau telah mengerti ?

Fia, anakku, ingatlah bahwa wujud adalah hasil hakekat perjumpaanmu, hasil hakekat lakumu.
Anakku engkau adalah wujud kasunyatan. Dan jika engkau telusuri lebih lanjut, maka kesadaranmu adalah wujud pula dari rasa-mu. Silahkan anakku engkau kembangkan sendiri untuk mencari wujud-wujud yang lain. Carilah sedih dan gembira itu adalah wujud dari apa ? lalu, coba renungkan tentang wujud dari nurani, serta Tuhanmu itu wujud dari apa ? ingat, bukan wujud Tuhanmu itu seperti apa. Apakah wujud itu sama dengan bukti ? ingatlah pula anakku, bahwa bukti tidak sama dengan fakta, karena fakta sesungguhnya hanyalah penampakan permukaan saja dan bisa memunculkan perselisihan. Sedangkan wujud dari bukti sejati adalah kejujuran yang sudah menjadi laku sehari-hari, yang penampakannya sudah tidak seperti fatamorgana lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun