Monolog 21: Laku dan Wujud
Anakku, laku itu adalah pikiranmu dan kemauanmu. Walaupun engkau telah berbuat,
itu belum dikatakan laku manakala pikiranmu dan kemauanmu belum kau ikutkan.
Laku adalah niat yang telah maujud. Maujud karena pikiranmu dan kemauanmu itu, anakku. Sedangkan peran kesadaran adalah selama dalam pembelajaran.
Dalam pikiran dan kesadaran yang telah menjadi laku, tidak diperlukan lagi adanya kesadaran. Karena kesadaran hanyalah sebagai indra yang belum terlatih. Tapi , anakku, janganlah engkau memulai melakukan laku, manakala engkau belum memulainya dengan kesadaranmu, dengan pembelajaranmu.
Bagaimana anakku, apakah engkau telah mengerti ?
Fia, anakku, ingatlah bahwa wujud adalah hasil hakekat perjumpaanmu, hasil hakekat lakumu.
Anakku engkau adalah wujud kasunyatan. Dan jika engkau telusuri lebih lanjut, maka kesadaranmu adalah wujud pula dari rasa-mu. Silahkan anakku engkau kembangkan sendiri untuk mencari wujud-wujud yang lain. Carilah sedih dan gembira itu adalah wujud dari apa ? lalu, coba renungkan tentang wujud dari nurani, serta Tuhanmu itu wujud dari apa ? ingat, bukan wujud Tuhanmu itu seperti apa. Apakah wujud itu sama dengan bukti ? ingatlah pula anakku, bahwa bukti tidak sama dengan fakta, karena fakta sesungguhnya hanyalah penampakan permukaan saja dan bisa memunculkan perselisihan. Sedangkan wujud dari bukti sejati adalah kejujuran yang sudah menjadi laku sehari-hari, yang penampakannya sudah tidak seperti fatamorgana lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H