Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - (Belajar Mendengarkan Pembacaan Puisi) yang Dibacakan tanpa Kudu Berapi-Api tanpa Kudu Memeras Hati

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah PERINGKAT #1 dari ±4,7 Juta Akun Kompasiana ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Monolog 16: Tuhan

10 Juni 2021   00:09 Diperbarui: 10 Juni 2021   00:29 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monolog 16: Tuhan

Sebelum, ayahmu memulai membahas tentang Tuhan, ayah ingin engkau mampu
mengkosongkan dirimu, pikiranmu, rasamu, jiwamu seperti puisi di bawah ini:
 
di tengah -- tengah angka nol
 
dari atas geladak sebuah biduk dan ombak
antara matahari dan bulan
antara kehendak dan kenangan
yang berdebur menghentak-hentak
pada awal keberangkatan ini.
dari atas geladak sebuah biduk dan ombak
' kan kulabuhkan semesta kesunyian
nuju nun jauh pulau di tepi bulan.


Anakku, jika engkau memutuskan harus memiliki Tuhan, dan Tuhan sebagai suatu hakekat kerinduanmu, maka kembaralah pada hakekat perjumpaanmu, tangisilah pada hakekat ketakberdayaanmu. Tapi, sebelumnya, jawab pertanyaan ayahmu ini dahulu: apakah engkau telah merasakan hakekat kerinduan yang maha mengharukan, apakah engkau telah merasakan kehadiranNya abadi pada jiwamu yang abadi, atau hanya merasakan kehadiranNya ketika tubuhmu duka, hatimu gelisah; apakah engkau sering melupakanNya, sembari melupakan hakekat kesunyian dirimu ???

Tapi, jika engkau memutuskan tidak ingin memiliki Tuhan alias tidak bertuhan, pertanyaanku menjadi: bagaimana engkau mengatasi ketidakberdayaanmu, bagaimana engkau mengatasi ketidak pastianmu , serta bagaimana engkau akan memahami hakekat perjumpaanmu, merasakan hakekat kesunyianmu, merenungi asal-tujuan jiwamu, mencermati sangkan paraning perbuatanmu, dan bagaimana engkau akan menyelamatkan pertamuan demi pertamuanmu itu, bagaimana engkau akan memperlakukan hakekat kejujuranmu atas hakekat penciptaan perjumpaanmu ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun