Monolog 8: KerinduanAnakku, Fia, kerinduan pada hakekatnya adalah realitas jiwa yang memberontak.Â
Memberontak terhadap tekanan realitas duniawi yang mengusung keterpecahan ruang-waktu.
Anakku, engkau tentu sudah mengerti apa itu hakekat kerinduan.Â
Engkau tentu sudah bisa mengelompokkannya kedalam garis, lingkaran, ataukah titik.
Sebagai wujud, daging dan tulang, pikiran, kesadaran, jantung, dan hatimu tentu pernah mengalaminya.Â
Dan tentu engkau akan berhadapan dengan sedih, gelisah, senang, susah, merana, menderita, bahagia.Â
Tapi, anakku, pernahkah engkau merindukan dirimu?Â
Dan pernahkah engkau merindukan Tuhanmu ?Â
Ingatlah, anakku, bahwa kerinduan adalah salah satu bukti jejak akan adanya hakekat perjumpaan.Â
Jika engkau tidak menggunakan bahasa kesadaranmu, pastilah engkau akan yakin bahwa kerinduan itu hakekatnya adalah tidak ada.Â
Karena hakekat perjumpaan sudah memuat keabadian, ruang dan waktu tidak ada, jarakpun dengan sendirinya tak ada;Â
dan kita tidak bisa mengatakan dimana letaknya jauh, dan dimana letaknya dekat, karena semuanya itu ada pada keserentakan perjumpaan.Â
Dan semuanya berkumpul, saling bersaksi.
Baiklah, anakku, ayah kira, wasiatku tentang hal ini sudah cukup bagimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H