(kumencari riang rindumu)
airmukamu setinggi dada bergelayut ditumpu  atap rusuk  bukan  rumahmu sendiri
meski  tak setinggi timbunan sampah yang mengonggok  jongkok di jembatan besi
di bawah tenda hijau, rindu menyertai derasnya lumpur  menyembulkan mimpi
pada tikungan yang menurun itu, kulihat ibumu masih merebus tangis  berlauk nasi
tangan keriputnya mencoba menangkap angin yang berhembus dari dataran tinggi
seperti  kepulan asap rokok mulut suami, yang dihamburkan ke wajah mendung  istri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H