(di dalam duri masih ada duri)
setelah perjumpaanku  terjadi
engkau mengajak mandi di kali
airnya keruh pekat ilusi
dari muara sampai kesini
engkau tak biarkanku pulang kembali
minta berhenti di pusatnya arus mati
berputar-putar engkau di atas batu kali
bagai sedang belajar menari
sementaraku  tetap berada di tepi
panggilimu  dari  kejauhan sunyi
pada  sebuah rumah kosong
tak berpenghuni
engkau  buka semua jendelanya
menghadap ke mimpi
pada sejumlah musim yang telah pergi
engkau katakan akan terus menari
seabad penuh tanpa henti
pada selongsong laras  angin  sangsi
engkau arahkan hembusannya kemari
pada  cuaca yang rebah di lembah Â
engkau lamunkan halimun kan tiba
di setiap jedanya dentum nadi
di setiap selanya tenunan hari
dan
engkau pun terus menari
sambil gumamkan bahasamu sendiri
yang maknanya tak bisaku mengerti:
di dalam duri masih ada duri
di dalamnya lagi masih  duri
paling terdalam juga duri
itu duri
menghujam dalam sekali
dalam sekali
itu duri
mu
kah
ini
?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H