di pinggiran lautmu aku mengemis
cintaku tergolek tepar dahaga lapar
memuai di atas bara kering panggangan ikan teri
yang duri durinya sudah engkau tancapkan perih
matahatiku menangisi sirnanya cahayamu
di dalam surah undanganmu
sudah  engkau cantumkan seruan
agarku tak banyak bicara
tak banyak bertanya
tapi
kumasih tak mau
kumasih merindu
kenapa
masihkau  jadikanku abu
memutih bersama buih
dan
kenapa
masihkau sembunyi
di sela sela  igaÂ
ikan teri matiÂ
tapiÂ
masihku  sunyi
tak mengerti siapa engkau ini
yang tlah hidupkan kembali lautan  mati
sambil menari nari di dalam biji kenari
wahai engkau yang menghuni di kota bulan
di dalam surah undanganmu
sudah engkau cantumkan
tentang
takdir sabarku yang tak sabar
menanti kesabaranmu
di pinggiran lautmuÂ
dari kejauhan kumelihatmu
tidur terlentang di atas batu
terkekeh kekeh bergurau bersama
pernak pernik kancing baju galaksi
sambil terlentang kakimu berjingrak riang
tangan kananmu menggambar pelangi
tangan kirimu memetik matahariÂ
kau putar ke kanan ke kiri
bagai memutar
jarum arloji