1.4.f.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Berikut ini akan disampaikan suatu program disiplin positif yang
berpusat pada murid
, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol.Diane Gossen dalam bukunya
Restitution-Restructuring School Discipline(1998)
mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin didalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat,memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melaluiserangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossenberkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupunatasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum,Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini. Dibagian bawahnya adalahcontoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007) di mana adaseorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antaraseorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut menjalankandisiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang sama:
Pertanyaan Pemantik
1. Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur. Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media.
2. Anto jarang sekali hadir di pembelajaran jarak jauh, dan pada saat hadir pun, Anto seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh.
Hana dan Anto  yang terlambat hadir di sekolah
1. Dalam kasus Hana, saya sebagai kepala sekolah dalam posisi control sebagai manajer akan menggelar pertemuan dengan Hana, Tisa, dan orang tua mereka untuk pemahaman masalah dan permintaan maaf tulus. Selanjutnya, workshop etika online akan diselenggarakan untuk seluruh siswa.
2. Untuk Anto, saya akan berbicara pribadi untuk memahami penyebab perilakunya, berdialog dengan teman-temannya tentang efek kata-kata kasar, serta berkoordinasi dengan orang tua untuk mencari solusi.
Salam dan Bahagia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H