Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Di Stasiun Manakah Kita Nanti Terhenti?

19 September 2022   04:44 Diperbarui: 19 September 2022   22:09 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di senja tadi, kereta tepat berangkat. Menuju ke kota tujuan. Selimut sudah disiapkan . Tinggal memastikan penjemputan di sana. Badan masih hangat, belum layu ditusuk kedinginan lama.

Dalam sebuah perjalanan, tentu sudah ditetapkan persinggahan. Tapi karena perjalanan malam, hanya terlihat gelap dan kemilau bintang. Saat mata terpejam, suara gesekan rel menggoyang angan. Meliuk-liuk dalam kecepatan terukur. Menepati waktu yang tak pernah terlambat mulur.

Kereta api tetap melaju saat terjadi sesuatu. Diturunkan di tengah perjalanan untuk mendapatkan perawatan. Tapi takdir sudah tersurat. Ini saatnya kembali ke asal untuk didekap.

Berkereta api dalam lintasan malam. Mungkin saja berhenti di tengah perjalanan. Tak terbayangkan bahwa itu stasiun pungkasan. Takdir suratan tlah ditentukan Tuhan. Dunia adalah tempat singgah, bukanlah tempat tinggal.

"Kang penting dudu sepira suwene anggonmu urip, nanging sepira becike nguripi urip. Quam bene vivas, non quam diu refert".

Dan suratan takdir pun ada yang harus terhenti. Ada pula yang masih diberi waktu untuk memantapkan kewajiban.

Ilustrasi bersumber dari twitter Rif!
Ilustrasi bersumber dari twitter Rif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun